Laporan
Praktikum
Dasar-Dasar
Ilmu Tanah
PENETAPAN TEKSTUR TANAH
OLEH
:
NAMA : NUR HIJRAH
NIM : G11115076
KELAS : DDIT C
KELOMPOK : 8
ASISTEN : RIRIN DYAH RAHAYU
PROGRAM
STUDI AGROTEKNOLOGI
JURUSAN
ILMU TANAH
FAKULTAS
PERTANIAN
UNIVERSITAS
HASANUDDIN
MAKASSAR
2015
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar
belakang
Tekstur tanah adalah banyaknya setiap bagian
tanah menurut ukuran partikel-partikelnya ditentukan oleh besarnya butiran
tanah. Sehingga tekstur tanah dapat didefinisikan sebagai perbandingan antara
banyaknya liat, lempung dan pasir yang terkandung dalam tanah. Menurut Badan
Pertanahan Nasional tanah adalah keadaan tingkat kehalusan tanah yang terjadi
karena terdapatnya perbedaan komposisi kandungan fraksi pasir, debu dan liat
yang terkandung dalam tanah. Dari ketiga jenis fraksi tersebut partikel pasir
mempunya ukuran diameter paling besar yaitu 0,05 mm, debu dengan ukuran
0,05-0,002 mm dan liat dengan ukuran < 0,002 mm.
Tekstur
tanah menunjukkan komposisi partikel penyusun tanah (separat) yang dinyatakan
sebagai perbandingan proporsi (%) relatif antara fraksi pasir (sand) berdiameter 2,00-0,20 mm atau
2000-200 μm, debu (silt) berdiameter
0,20-0,002 mm atau 200-2 μm dan liat (clay)
< 2 μm. Partikel yang berukuran di atas 2 mm seperti kerkil dan bebatuan
kecil tidak tergolong sebagai fraksi tanah, tetapi menurut Lal (1979) harus
diperhitungkan dalam evaluasi tekstur tanah.
Tanah
yang didominasi pasir akan banyak mempunyai pori-pori makro (besar) disebut
lebih poreus, tanah yang didominasi debu akan banyak mempunyai pori-pori meso
(sedang) agak poreus, sedangkan yang didoinasi liat akan banyak mempunyai
pori-pori mikro (kecil) atau tidak poreus. Hal ini berbanding terbalik dengan
luas permukaan yang terbentuk, luas permukaan mencerminkan luas situs yang
dapat bersentuhan dengan air, energi atau bahan lain, sehingga makin dominan
fraksi pasir akan makin kecil daya menahan tanah terhadap ketiga material ini,
dan sebaliknya jika liat yang dominan.
Berdasarkan
kelas teksturnya maka tanah digolnkan menjadi tiga yaitu, pertama tanah
bertekstur kasar atau tanah berpasir berarti tanah yang mengandung minimal 70%
pasir atau bertekstur pasir atau pasir berlempung (3 macam). Kedua yaitu tanah
bertekstur halus atau tanah berliat berarti tanah yang mengandung minimal 37,5%
liat atau bertekstur liat, liat berdebu atau liat berpasir (3 macam). Ketiga
yaitu tanah bertekstur sedang atau tanah berlempung yang terdiri dari tanah
bertekstur sedang tetapi agak kasar meliputi tanah yang bertekstur lempung
berpasir (sandy loam) atau lempung
berpasir halus (dua macam), tanah bertekstur sedang meliputi yang berlempung
berpasir sangat halus, dan tanah yang bertekstur sedang tetapi agak halus.
Tekstur
tanah juga diartikan sebagai susunan berat nisbih fraksi pasir, debu dan liat
misalnya tanah yang mengandung 40% berat debu dimasukkan kedalam kelas tanah
bertekstur liat. Melalui pengkajian tanah selama bertahun-tahun dihampir
seluruh dunia dibuatlah berbagai kelas tekstur tanah. Pembagian tekstur tanah
yang banyak dikenali yaitu pembagian 12 kelas tekstur tanh menurut USDA.
Tekstur tanah menunjukkan kasar
halusnya suatu tanah, dimana kasar halusnya suatu tanah didasarkan pada
perbandingan beratnya butir-butir pasir, debu dan liat. Maka tanah
dikelompokkan kedalam beberapa macam kelas tekstur. Macam kelas tekstur ini
antara lain adalah pasir, pasir
berlempung, lampung berpasir, lempung, lampung berdebu, debu, lempung liat
berpasir, lampung berliat.
Berdasarkan uraian di atas maka dilakukan
pengamatan Tekstur Tanah dalam langkah awal praktikum dan pengamatan terhadap
tanah. Dalam pengamatan ini kami mengambil sampel tanah yang terganggu, yaitu tanah yang
sebagian atau seluruh strukturnya telah rusak.
1.2
Tujuan
dan Kegunaan
Tujuan dari praktikum ini adalah
mendemonstrasikan bagaimana menetukan
tekstur tanah secara tepat dan mengetahui perbedaan tekstur tanah dengan cara
sederhana serta menetapkan tekstur tanah di laboratorium dengan metode
Hydrometer. Sedangkan segunaan
dari praktikum ini adalah untuk mengetahui kandungan tekstur dari suatu tanah
agar kita dapat mengetahui layak atau tidaknya tekstur tanah tersebut dijadikan
areal atau lahan pertanian.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tekstur tanah
Menurut Hanafiah (2005), Tekstur tanah menunjukkan komposisi partikel penyusun tanah
(separat) yang dinyatakan sebagai perbandingan proporsi (%) relatif antara
fraksi pasir, fraksi debu dan fraksi liat. Tekstur merupakan sifat kasar-halusnya tanah dalam percobaan yang
ditentukan oleh perbandingan banyaknya zarah-zarah tunggal tanah dari berbagai
kelompok ukuran, terutama perbandingan antara fraksi-fraksi lempung, debu, dan
pasir berukuran 2 mm ke bawah.
Tanah terdiri
dari butir-butir yang berbeda dalam ukuran dan bentuk, sehingga diperlukan
istilah-istilah khusus yang memberikan ide tentang sifat teksturnya dan akan
memberikan petunjuk tentang sifat fisiknya. Untuk ini digunakan nama kelas
seperti pasir, debu, liat dan lempung. Nama kelas dan klasifikasinya ini,
merupakan hasil riset bertahun-tahun dan lambat laun digunakan sebagai patokan.
Tiga golongan pokok tanah yang kini umum dikenal adalah pasir, liat dan lempung
(Buckmandan Brady, 1992)
Tanah
terdiri dari butiran-butiran yang berbeda baik dalam ukuran maupun bentuk. Besarnya
partikel tanah relatif sangat kecil, yang biasanya diistilahkan dengan tekstur.
Tekstur menunujukkan sifat halus dan kasarnya butiran-butiran tanah. Lebih
khusus lagi, tekstur ditentukan oleh perbandingan antara kandungan pasir, debu,
dan liat yang terdapat dalam tanah. Dalam pengukuran tekstur tanah, kerikil dan
partikel yang lebih besar tidak diperhitungkan karena materi ini tidak
mengambil peranan penting dalam penentuan tekstur tanah (Hanafiah 2005).
Pembagian kelas tektur yang banyak
dikenal adalah pembagian 12 kelas tekstur menurut USDA. Nama kelas tekstur
melukiskan penyebaran butiran, plastisitas, keteguhan, permeabilitas kemudian
pengolahan tanah, kekeringan, penyediaan hara tanah dan produktivitas berkaitan
dengan kelas tekstur dalam suatu wilayah geogtrafis (A.K. Pairunan, dkk, 1985).
Tekstur tanah dapat menentukan sifat-sifat
fisik dan kimia serta mineral tanah. Partikel-partikel tanah dapat dibagi atas
kelompok-kelompok tertentu berdasarkan ukuran partikel tanpa melihat komposisi
kimia, warna, berat, dan sifat lainnya. Analisis laboratorium yang
mengisahkan hara tanah disebut analisa mekanis. Sebelum analisa mekanis
dilaksanakan, contoh tanah yang kering udara dihancurkan lebih dulu disaring
dan dihancurkan dengan ayakan 2 mm. Sementara itu sisa tanah yang berada
di atas ayakan dibuang. Metode ini merupakan metode hidrometer yang
membutuhkan ketelitian dalam pelaksanaannya. Tekstur tanah dapat
ditetapkan secara kualitatif dilapangan (Hakim, 1986).
Tekstur tanah dibagi menjadi 12 kelas
seperti yang tertera pada diagram segitiga tekstur tanah USDA yang meliputi
pasir, pasir berlempung, lempung berpasir, lempung, lempung liat berpasir,
lempung liat berdebu, lempung berliat, lempung berdebu, debu, liat berpasir,
liat berdebu, dan liat (Lal, 1979).
Tanah terdiri dari butir-butir pasir, debu,
dan liat sehingga tanah dikelompokkan kedalam beberapa macam kelas tekstur,
diantaranya kasar, agak kasar, sedang, agak halus,dan hancur (Hardjowigeno,
1995).
Kasar dan
halusnya tanah dalam klasifikasi tanah (taksnomi tanah) ditunjukkan dalam
sebaran butir yang merupakan penyederhanaan dari kelas tekstur tanah dengan
memperhatikan pula fraksi tanah yang lebih kasar dari pasir (lebih besar 2 mm),
sebagian besar butir untuk fraksi kurang dari 2 mm meliputi berpasir lempung,
berpasir, berlempung halus, berdebu kasar, berdebu halus, berliat halus, dan
berliat sangat halus (Hardjowigeno, 1995).
2.2
Faktor-faktor yang mempengaruhi tekstur tanah
Hanafiah (2005), mengemukakan Faktor-faktor yang mempengaruhi tekstur tanah adalah sebagai
berikut:
1. Iklim
Iklim merupakan rerata cuaca pada jangka panjang
minimal permusim atau perperiode, dan seterusnya, dan cuaca adalah kondisi
iklim pada suatu waktu berjangka pendek misalnya harian, mingguan, bulanan dan
maksimal semusim atau
seperiode. Pengaruh curan hujan ialah sebagai pelarut dan pengangkut maka air hujan akan mempengaruhi: (1) komposisi kimiawi mineral penyusun tanah, (2) kedalaman dan diferensiasi
profil tanah, (3) sifat fsik
tanah. Pengaruh temperatur setiap kenaikan temperatur C akan meningkatkan penigkatannya laju reaksi kimiawi menjadi 2x lipat.
Meningkatkan pembentukan dan pelapukan dan pembentukan liat terjadi seiring dengan
peningkatannya temperatur.
Hubungan antara temperatur dan
pertumbuhan tanaman serta akumulasi bahan organik cukup kompleks. Kandungan bahan organik tanah adalah jumlah antara hasil penambahan bahan organik + laju mineralisasi bahan organik + kapasitas tanah melidungi bahan organik dari
mineralisasi (liat amorf).
2. Topografi
Tofografi yang dimaksud adalah konfigurasi permukaan dari suatu
area/wilayah. Perbedaan tofografi akan mempengaruhi jenis tanah yang
terbentuk. pada daerah lereng infiltras.
Sedangkan pada daerah datar/rendah, menerima kelebihan air yang menyediakan air
lebih banyak untuk proses genesis tanah.
a. Pengaruh slope/lereng
Kemiringan dan pandang lereng
berpengaruh pada genesis tanah. Semakin tanah curam lereng makin besar runcff
dan erosi tanah. Hal yang mengakibatkan
terhambatnya genesis tanah oleh karena
pertumbuhan tanaman terhambat dan sumbangan bahan organik juga lebh
kecil, pelapukan menjadi terhambat begitu pula dengan pembentukan liat.
Disamping itu, pencucian dan eluviasi berkurang. Dengan kata lain tanah lebih
tipis dan kurang berkembang di daerah lereng.
b. Pengaruh tinggi muka air
dan drainase
Tanah mempunyai drainase baik
pada slope yang muka air tanah jauh di bawah permukaan tanah. Tanah yang
berdrainase buruk ditandai dengan muka air yang muncul di permukaan tanah yang
menyebabkan terjadinya kondisi anerobik dan reduksi. Tanah yang bedrainase
buruk mempunyai horison A biasanya berwarna gelap olh karena tingginya bahan
organik, tapi horison bawah pemukaannya cenderung kelabu (gray). Tanah
berdrainase baik, mempunyai horison A yang warnanya lebih terang dan horison
bawahnya seragam lebih gelap.
3. Organisme
Hidup
Fungsi utama organisme hidup adalah untuk menyediakan
bahan organik bagi soil. Humus akan menyediakan nutrien dan membantu menahan
air. Tumbuhan membusuk akan melepaskan asam organik yang meningkatkan pelapukan
kimiawi. Hewan penggali seperti semut, cacing, dan tikus membawa partikel soil
ke permukaan dan mencampur bahan organik dengan mineral. Lubang-lubang yang
dibuat akan membantu sirkulasi air dan udara, meningkatkan pelapukan kimiawi
dan mempercepat pembentukan soil. Mikroorganisme seperti bakteri, jamur, dan
protozoa membantu proses pembusukan bahan organik menjadi humus.
4. Waktu
Tanah merupakan benda alam yang terus menerus berubah
(dinamis) sehingga akibat pelapukan dan pencucian yang terus menerus maka tanah
tanah yang semakin tua juga akan semakin kurus. Mineral yang banyak mengandung
unsur hara telah habis mengalami pelapukan sehingga tinggal mineral yang sukar
lapuk seperti kuarsa. Karena proses pembentukan tanah yang terus berjalan maka
bahan induk tanah berubah berturut turut menjadi tanah muda, tanah dewasa dan
tanah tua. Tanah muda hasil pembentukan horizon C dan horizon A. Tanah dewasa
yaitu hasil pembentukan horizon B yang masih muda (Bw). Tanah tua merupakan
tanah dari hasil pencucian yang terus menerus berlanjut sehingga tanah tersebut
menjadi kurus dan masam. Perlu diketahui bahwa tingkat perkebangan tanah tidak setara dengan tingkat pelapukan
tanah. Tingkat perkembangan tanah berhubungan dengan perkembangan horizon
horizon tanah, sedangkan tingkat pelapukan tanah berhubungan dengan tingkat
pelapukan mineral dalam tanah.
5. Bahan Induk
Pembentuk bahan induk yang
terbentuk dari batuan induk keras di dominasi oleh proses disentegrasi secara
fisik dan dekomposisi kimiawi partikel mineral dalam batuan tersebut. Bahan
induk yang berasal dari batu pasir. Pada batu kapur, tanah terbentuk dari
sisa-sisa bahan yang tidak larut setelah kalsium dan magnesium karbonat
terlarut dan terkunci. Liat adalah bahan yang dapat d temui pada batu kapur,
yang kemudian menjadikan tanah bertekstur halus. Bahan induk yang di turunkan
dari sedimen dibawah oleh air angin. Sedimen koluvial terjadi pada lereng terjal dimana gravitasi
adalah kekuatan utama yang menyebabkan gerakan dan sedimentasi.sedimen koluvial
adalah bahan induk yang penting di areal bergunung/berbukit. Sedimen alluvial
biasa ditemui dimana-mana oleh karena penyebaran oleh banjir dan sungai.
Contoh: kebanyakan tanah-tanah pertanian di California terbentuk di lembahdiman
alluvial adalah bahan induk yang dominan. Pengaruh bahan induk terhadap genesis tanah, Perkembangan horison
terutama horison B tergantung pada translokasi partikel halus oleh air. Bahan
induk yang tersusun 100% pasir kuarsa tidak akan hancur untuk mengahasilkan
partikel koloid. Bahan induk yang bertekstur pasir akan mendukung perkembangan
horison bahasa daerah (humid). Bahan induk yang tersusun atas partikel inter
media akan berkembang menjadi berbagai jenis tanah. Tekstur dan struktur tanah
akan mempengaruhi genesis tanah melalui proses infiltrasi dan erosi.
Permeabilitas dan translokasi material dalam air, proteksi dan akumulasi bahan
organik dan ketebalan solum (horison A+B).
2.3 Hubungan
tekstur dengan pertumbuhan tanah
Pemahaman tanaman sebagai media tumbuh tanaman pertama
kali dikemukakan oleh Dr.H.L.Jones dari Cornell University Inggris
(Darmawijaya,1990), yang mengkaji hubungan tanah pada tanaman tingkat tinggi
untuk mendapatkan produksi pertanian yang seekonomis mungkin. Kajian tanah dari
aspek ini disebut edaphologi (edaphos=bahan tanah subur), namun pada realitasnya
kedua defenisi selalu terintegrasi.
Tanah pada masa kini sebagai media tumbuh tanaman didefenisikan sebagai lapisan
permukaan bumi yang secara fisik berfungsi sebagai tempat tumbuh berkembangnya
perakaran penopang tegak tumbuhnya tanaman dan penyuplai kebutuhan air dan
udara, secara kimiawi berfungsi sebagai gudang dan penyuplai hara atau nutrisi
dan unsur-unsur esensial sedangkan secara biologis berfungsi sebagai habitat
biota yang berpatisipasi aktif dalam penyediaan hara tersebut dan zat-zat adiktif
bagi tanaman (Hanafiah, 2008).
Tanah yang didominasi pasir akan banyak mempunyai pori-pori makro, tanah yang
didominasi debu akan mempunyai pori-pori meso (sedang), sedangkan didominasi
liat akan banyak mempunyai pori-pori mikro. Hal ini berbanding terbalik dengan
luas permukaan yang terbentuk, luas permukaan mencerminkan luas situs yang
dapat bersentuhan dengan air, energi atau bahan lain, sehingga makin dominan
fraksi pasir akan makin kecil daya tahannya untuk menahan tanah (Hakim, 1986).
Makin poreus tanah akan makin mudah akar untuk berpenetrasi, serta makin mudah
air dan udara untuk bersirkulasi tetapi makin mudah pula air untuk hilang dari
tanah dan sebaliknya, makin tidak poreus tanah akan makin sulit akar untuk
berpenetrasi serta makin sulit air dan udara untuk bersirkulasi. Oleh karena
itu, maka tanah yang baik dicerminkan oleh komposisi ideal dari kedua kondisi
ini, sehingga tanah bertekstur debu dan lempung akan mempunyai ketersediaan
yang optimum bagi tanaman, namun dari segi nutrisi tanah lempung lebih baik
ketimbang tanah bertekstur debu (Nyakpa, 1989).
Fraksi pasir umumnya didominasi oleh mineral kuarsa yang sangat tahan terhadap
pelapukan, sedangkan fraksi debu biasanya berasal dari mineral feldspar dan mika
yang cepat lapuk, pada saat pelapukannya akan membebaskan sejumlah hara,
sehingga tanah bertekstur debu umumnya lebih subur ketimbang tanah bertekstur
pasir (Hardjowigeno, 1993).
Pada tanah-tanah di daerah tropika nisbah debu liat merupakan kriteria penting
dalam mengevaluasi fenomena seperti migrasi liat, taraf pelapukan fisik, dan
umur bahan induk tanah serta klasifikasi tanah (Lal, 1979).
III. METODE PERCOBAAN
3.1 Tempat dan Waktu
Praktikum
analisis tekstur tanah dilaksanakan di Laboratorium Kimia Tanah, Jurusan
Ilmu Tanah Fakultas Pertanian, Universitas Hasanuddin, Makassar. Pada
hari Kamis 20 Oktober 2015. Pukul 15.30 WITA sampai selesai.
3.2 Bahan dan Alat
Alat-alat yang digunakan adalah hidrometer, cawan
petris, selinder sedimentasi, 1000 ml saringan, termometer, timbangan, botol
selei. Sedangkan Bahan yang
digunakan adalah sampel tanah, air, larutan calgon dan aquades.
3.3 Prosedur Kerja
a.
Prosedur kerja di lapangan
menggunakan metode feeling:
1) Ambil segumpal kecil tanah, lalu letakkan
diatas telapak tangan atau diantara jari-jari tangan, basahi tanah dengan air
hingga lembab.
2) Gesek-gesekan tanah yang ada diantara jari
telunjuk dan ibu jari, rasakan adanya kelengketan, kekasaran dan kelicinan yang
di timbulkan tanah.
3) Perkirakan tekstur yang terbentuk, kemudian
catat hasil perkiraan pada kolom isian.
b.
Adapuns prosedur kerja yang dilakukan dalam praktikum analisis tekstur tanah
adalah sebagai berikut :
1. Menimbang 20 gram tanah kering udara,
butir-butir tanah ini berukuran kurang dari 2mm.
2. Memasukkan tanah ke dalam erlenmeyer
atau botol tekstur dan ditambahkan 10 mL larutan Calgon 0,05 % dan aquadest
secukupnya.
3. Mengocok tanah dengan mesin pengocok selama
kurang lebih 10 menit.
4. Menuangkan secara kualitatif semua isinya ke
dalam silinder sedimentasi 1000 mL yang di atasnya dipasang saringan dengan
diameter lubang 0,05 mm dan dibersihkan botol tekstur dengan bantuan botol
semprot.
5. Semprot dengan spayer sambil diaduk-aduk semua
suspensi yang masih tinggal pada saringan sehingga semua partikel debu dan liat
telah turun (air saringan telah jernih).
6. Pasir yang tertinggal dipindahkan ke dalam
cawan dengan pertolongan botol semprot kemudian masukkan ke dalam oven bersuhu
105C selama 2 x 24 jam, selanjutnya masukkan dalam desikator dan timbang
hingga berat pasir diketahui (catat sebagai C gram)
7. Mencukupkan larutan suspensi dalam
tabung sedimentasi dengan aquadest hingga 1000 mL.
8. Angkat silinder sedimentasi, sumbat
bolak-balik dengan karet lalu kocok dengan membolak-balik tegak lurus 180
sebanyak 20 x atau dapat juga dilakukan dengan memasukkan pengocok ke dalam
silinder sedimentasi lalu aduk naik turun selama 1 menit.
9. Masukkan hidrometer kedalam suspensi
dengan sangat hati-hati agar suspensi tidak banyak terganggu.
10. Setelah beberapa detik, membaca dan mencatat
(H1) pada hidrometer beserta suhunya (t1),
dengan hati-hati hidrometer dikeluarkan dari suspensi.
11. Setelah menjelang 8 jam, hidrometer
dimasukkan kembali untuk pembacaan H2 dan t2.
12. Hitung berat debu dan liat dengan menggunakan
persamaan dibawah ini:
Berat debu dan liat =
...........( a )
Berat liat =
..........( b )
Berat debu =
berat ( debu + liat ) – berat liat................( a + b )
13. Hitung persentase pasir, debu dan liat
dengan persamaan :
% pasir =
% debu =
% liat =
14. Masukkan nilai yang didapat kedalam
segitiga tekstur
Keterangan
:
1.
Liat 6.
Lempung
Liat Berdebu 10. Debu
2.
Liat Berpasir 7. Lempung
Berpasir 11. Pasir
3.
Lempung Berliat 8. Lempung 12. Pasir Berlempung
4.
Liat Berdebu 9.
Lempung
Berdebu
5. Lempung
Liat Berpasir
lV . HASIL
DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Tabel 1.Persentase Fraksi Tanah
Alfisol
Lapisan
|
% Pasir
|
% Debu
|
% Liat
|
Kelas
|
II
|
66,82%
|
13,25%
|
19,93%
|
Lempung berpasir
|
III
|
36,3 %
|
31,07 %
|
12,61%
|
Pasir
|
Sumber data: data primer
setelah diolah, 2015
4.2 Pembahasan
Berdasarkan hasil pengamatan
pada tanah yang diambil dari lapisan II dapat dilihat persentase terbesar
adalah pasir. Hal ini berarti tanah tersebut memiliki pori–pori besar sehingga
air mudah hilang dari tanah. Hal ini sesuai dengan pendapat hanafiah (2005)
bahwa makin besar pori–pori tanah maka
makin mudah akar untuk berpenetrasi, serta makin mudah air dan udara untuk
bersirkulasi, sehingga air mudah meresap
masuk kedalam tanah.
Persentase
pasir yang tinggi mencapai 66,82%, debu 13,25% dan liat 19,93% menunjukkan
tanah tersebut memiliki kelas tekstur lempung berpasir. Hal ini sesuai dengan
hasil penentuan tekstur tanah dengan menggunakan segitiga tekstur. Sesuai
dengan pendapat Hardjowigeno (2002) bahwa tekstur tanah dapat ditentukan
persentase kandungan pasir, debu, dan liat.
Sedangkan hasil pengamatan pada tanah yang diambil dari lapisan III dapat dilihat persentase terbesar adalah pasir. Hal ini berarti
tanah tersebut memiliki pori–pori besar sehingga air mudah hilang dari tanah.
Hal ini sesuai dengan pendapat hanafiah (2005) bahwa makin besar pori–pori tanah maka makin mudah akar untuk
berpenetrasi, serta makin mudah air dan udara untuk bersirkulasi, sehingga
air mudah meresap masuk kedalam tanah.
Persentase
pasir yang tinggi mencapai 56,3 %, debu 31,07 % dan liat 12,61 % menunjukkan
tanah tersebut memiliki kelas tekstur lempung berpasir. Hal ini sesuai dengan
hasil penentuan tekstur tanah dengan menggunakan segitiga tekstur. Sesuai
dengan pendapat Hardjowigeno (2002) bahwa tekstur tanah dapat ditentukan
persentase kandungan pasir, debu, dan liat.
Hanafiah (2005) menyebutkan bahwa
fraksi pasir memiliki ukuran 0,05 mm hingga 2,00 mm dan memiliki sifat tidak
plastis dan tidak liat, daya menahan air rendah, ukuran yang besar menyebabkan
ruang pori makro lebih banyak, perkolasi cepat, sehingga aerasi dan drainase
tanah pasir relative baik. Partikel pasir ini berbentuk bulat dan tidak lekat
satu sama lain dan Debu memiliki ukuran 0,002 mm hingga 0,005 mm yang merupakn
pasir mikro. Tanah keringnya menggumpal tetapi mudah pecah jika basah, empuk
dan menepung. Fraksi debu mempunyai sedikit sifat plastis dan kohesi yang cukup
baik. Sedangkan fraksi Liat memiliki
ukuran kurang dari 0,002 mm, berbentuk lempeng, punya sifat lekat yang tinggi
sehingga bila dibasahi amat lengket dan sangat plastis, sifat mengembang dan
mengkerut yang besar.
V.
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Tekstur merupakan sifat kasar-halusnya tanah dalam
percobaan yang ditentukan oleh perbandingan banyaknya zarah-zarah tunggal tanah
dari berbagai kelompok ukuran, terutama perbandingan antara fraksi-fraksi
lempung, debu, dan pasir berukuran 2 mm ke bawah.
Berdasarkan hasil yang diperoleh
pada praktikum tekstur tanah ini, maka dapat kami simpulkan bahwa tanah pada
lapisan III memiliki persentase pasir sebesar 56,3 %, debu 12,61 %, dan liat
sebesar 31,07 % sehinnga termasuk dalam tekstur berpasir.
5.2. Saran
Untuk memilih lahan pertanian, perlu diperhatikan
masalah tekstur tanah, hal ini disebabkan karena tekstur tanah dapat
mempengaruhi kandungan bahan organik atau unsur hara yang diperlukan untuk
tumbuhan serta kemampuannya menyimpan air dan aerasi.
Buckman, H.O. dan N.C. Brandy, 1982. Ilmu
Tanah. Brata Karya Aksara, Jakarta. Diakses tanggal 17/7/2013
pukul 12.00 WITA
Foth, H.D., 1984. Dasar-Dasar Ilmu Tanah..
Edisi VI. Erlangga, Jakarta. Diakses tanggal 10/8/2013 pukul 13.00 WITA
Hakim, N.M.Y. Nyakpa, A.M.Lubis, S.Ghani, Nugroho,
M.R.Soul, M.A.Diha, G.B.Hong, N.H.Balley., 1986.Dasar-Dasar Ilmu
Tanah.Universitas Lampung, Lampung. Diakses tanggal 09/11/2012 pukul
10.00 WITA
Hanafiah, Ali Kemas. 2005. Dasar-dasar
Ilmu Tanah. Raja Grafindo Persada, Jakarta. Diakses tanggal
06/12/2014 pukul 11.00 WITA
Hadjowigwno, S., 1987. Ilmu Tanah.
Mediyatama Sarana Perkasa, Jakarta. Diakses tanggal 07/01/2014 pukul 15.00 WITA
LAMPIRAN
Perhitungan
tekstur tanah menggunakan Hydrometer setiap lapisan 2 :
Dik : H1 = 4 t1 = 29 ͦ C
H2 = 2 t2
= 29 ͦ C
C = 5,8
s
Perhitungan
berat debu dan liat :
Berat debu dan Liat =
…………….(a)
=
=
=
=
=
2,88 gram
Berat Liat =
…………….(b)
=
=
=
=1,73
gram
Berat Debu =
Berat (debu + liat) – Berat Liat.......(a – b)
=
2,88 – 1,73
=
1,15 gram
Perhitungan presentase pasir, debu, dan liat :
% Pasir =
=
=
66,82%
% Liat =
=
=
= 13,25%
% Debu =
=
=
=
19,93 %
Perhitungan tekstur tanah menggunakan
Hydrometer setiap lapisan 2 :
1. Berat
debu dan liat
=
=
=
=21,23 gram
2.
Berat liat
=
=
=
= 6,13 gram
3. Berat
debu
= berat ( debu + liat ) – berat liat
= a + b
= 21,23 gram + 6,13 gram
= 27, 36 gram
4. %
pasir
% pasir =
% pasir =
% pasir =
56,3 %
5. % debu
% debu =
% debu =
% debu =
31,07 %
6. % liat
% liat =
% liat =
% liat =
12,61 %
7.
Jumlah persen % = 99,98 %,
sehingga tekstur tanah lapisan 3 adalah pasir.
Penentuan Tekstur Tanah Menggunakan Segitiga
Tekstur
% Pasir
|
% Debu
|
% Liat
|
Kelas
|
66,82%
|
13,25%
|
19,93%
|
Lempung
berpasir
|
Gambar 1. Hasil Tekstur Tanah Menggunakan
Segitiga Tekstur
LAMPIRAN FOTO
Tidak ada komentar:
Posting Komentar