Rabu, 26 Juni 2019

Laporan Praktikum Tekstur Tanah


Laporan Praktikum
Dasar-Dasar Ilmu Tanah

PENETAPAN TEKSTUR TANAH




OLEH :

NAMA                        : NUR HIJRAH
NIM                            : G11115076
KELAS                       : DDIT C
KELOMPOK             : 8
ASISTEN                   : RIRIN DYAH RAHAYU


PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
JURUSAN ILMU TANAH
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2015


I. PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang
Tekstur tanah adalah banyaknya setiap bagian tanah menurut ukuran partikel-partikelnya ditentukan oleh besarnya butiran tanah. Sehingga tekstur tanah dapat didefinisikan sebagai perbandingan antara banyaknya liat, lempung dan pasir yang terkandung dalam tanah. Menurut Badan Pertanahan Nasional tanah adalah keadaan tingkat kehalusan tanah yang terjadi karena terdapatnya perbedaan komposisi kandungan fraksi pasir, debu dan liat yang terkandung dalam tanah. Dari ketiga jenis fraksi tersebut partikel pasir mempunya ukuran diameter paling besar yaitu 0,05 mm, debu dengan ukuran 0,05-0,002 mm dan liat dengan ukuran < 0,002 mm.
            Tekstur tanah menunjukkan komposisi partikel penyusun tanah (separat) yang dinyatakan sebagai perbandingan proporsi (%) relatif antara fraksi pasir (sand) berdiameter 2,00-0,20 mm atau 2000-200 μm, debu (silt) berdiameter 0,20-0,002 mm atau 200-2 μm dan liat (clay) < 2 μm. Partikel yang berukuran di atas 2 mm seperti kerkil dan bebatuan kecil tidak tergolong sebagai fraksi tanah, tetapi menurut Lal (1979) harus diperhitungkan dalam evaluasi tekstur tanah.
            Tanah yang didominasi pasir akan banyak mempunyai pori-pori makro (besar) disebut lebih poreus, tanah yang didominasi debu akan banyak mempunyai pori-pori meso (sedang) agak poreus, sedangkan yang didoinasi liat akan banyak mempunyai pori-pori mikro (kecil) atau tidak poreus. Hal ini berbanding terbalik dengan luas permukaan yang terbentuk, luas permukaan mencerminkan luas situs yang dapat bersentuhan dengan air, energi atau bahan lain, sehingga makin dominan fraksi pasir akan makin kecil daya menahan tanah terhadap ketiga material ini, dan sebaliknya jika liat yang dominan.
            Berdasarkan kelas teksturnya maka tanah digolnkan menjadi tiga yaitu, pertama tanah bertekstur kasar atau tanah berpasir berarti tanah yang mengandung minimal 70% pasir atau bertekstur pasir atau pasir berlempung (3 macam). Kedua yaitu tanah bertekstur halus atau tanah berliat berarti tanah yang mengandung minimal 37,5% liat atau bertekstur liat, liat berdebu atau liat berpasir (3 macam). Ketiga yaitu tanah bertekstur sedang atau tanah berlempung yang terdiri dari tanah bertekstur sedang tetapi agak kasar meliputi tanah yang bertekstur lempung berpasir (sandy loam) atau lempung berpasir halus (dua macam), tanah bertekstur sedang meliputi yang berlempung berpasir sangat halus, dan tanah yang bertekstur sedang tetapi agak halus.
            Tekstur tanah juga diartikan sebagai susunan berat nisbih fraksi pasir, debu dan liat misalnya tanah yang mengandung 40% berat debu dimasukkan kedalam kelas tanah bertekstur liat. Melalui pengkajian tanah selama bertahun-tahun dihampir seluruh dunia dibuatlah berbagai kelas tekstur tanah. Pembagian tekstur tanah yang banyak dikenali yaitu pembagian 12 kelas tekstur tanh menurut USDA.
           Tekstur tanah menunjukkan kasar halusnya suatu tanah, dimana kasar halusnya suatu tanah didasarkan pada perbandingan beratnya butir-butir pasir, debu dan liat. Maka tanah dikelompokkan kedalam beberapa macam kelas tekstur. Macam kelas tekstur ini antara  lain adalah pasir, pasir berlempung, lampung berpasir, lempung, lampung berdebu, debu, lempung liat berpasir, lampung berliat.
Berdasarkan uraian di atas maka dilakukan pengamatan Tekstur Tanah dalam langkah awal praktikum dan pengamatan terhadap tanah. Dalam pengamatan ini kami mengambil  sampel tanah yang terganggu, yaitu tanah yang sebagian atau seluruh strukturnya telah rusak.

1.2  Tujuan dan Kegunaan
Tujuan dari praktikum ini adalah mendemonstrasikan  bagaimana menetukan tekstur tanah secara tepat dan mengetahui perbedaan tekstur tanah dengan cara sederhana serta menetapkan tekstur tanah di laboratorium dengan metode Hydrometer. Sedangkan segunaan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui kandungan tekstur dari suatu tanah agar kita dapat mengetahui layak atau tidaknya tekstur tanah tersebut dijadikan areal atau lahan pertanian.



II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tekstur tanah
Menurut Hanafiah (2005), Tekstur tanah menunjukkan komposisi partikel penyusun tanah (separat) yang dinyatakan sebagai perbandingan proporsi (%) relatif antara fraksi pasir, fraksi debu dan fraksi liat. Tekstur merupakan sifat kasar-halusnya tanah dalam percobaan yang ditentukan oleh perbandingan banyaknya zarah-zarah tunggal tanah dari berbagai kelompok ukuran, terutama perbandingan antara fraksi-fraksi lempung, debu, dan pasir berukuran 2 mm ke bawah.
       Tanah terdiri dari butir-butir yang berbeda dalam ukuran dan bentuk, sehingga diperlukan istilah-istilah khusus yang memberikan ide tentang sifat teksturnya dan akan memberikan petunjuk tentang sifat fisiknya. Untuk ini digunakan nama kelas seperti pasir, debu, liat dan lempung. Nama kelas dan klasifikasinya ini, merupakan hasil riset bertahun-tahun dan lambat laun digunakan sebagai patokan. Tiga golongan pokok tanah yang kini umum dikenal adalah pasir, liat dan lempung (Buckmandan  Brady, 1992)
   Tanah terdiri dari butiran-butiran yang berbeda baik dalam ukuran maupun bentuk. Besarnya partikel tanah relatif sangat kecil, yang biasanya diistilahkan dengan tekstur. Tekstur menunujukkan sifat halus dan kasarnya butiran-butiran tanah. Lebih khusus lagi, tekstur ditentukan oleh perbandingan antara kandungan pasir, debu, dan liat yang terdapat dalam tanah. Dalam pengukuran tekstur tanah, kerikil dan partikel yang lebih besar tidak diperhitungkan karena materi ini tidak mengambil peranan penting dalam penentuan tekstur tanah (Hanafiah  2005).
Pembagian kelas tektur yang banyak dikenal adalah pembagian 12 kelas tekstur menurut USDA. Nama kelas tekstur melukiskan penyebaran butiran, plastisitas, keteguhan, permeabilitas kemudian pengolahan tanah, kekeringan, penyediaan hara tanah dan produktivitas berkaitan dengan kelas tekstur dalam suatu wilayah geogtrafis (A.K. Pairunan, dkk, 1985).
            Tekstur tanah dapat menentukan sifat-sifat fisik dan kimia serta mineral tanah. Partikel-partikel tanah dapat dibagi atas kelompok-kelompok tertentu berdasarkan ukuran partikel tanpa melihat komposisi kimia, warna, berat, dan sifat lainnya.  Analisis laboratorium yang mengisahkan hara tanah disebut analisa mekanis.  Sebelum analisa mekanis dilaksanakan, contoh tanah yang kering udara dihancurkan lebih dulu disaring dan dihancurkan dengan ayakan 2 mm.  Sementara itu sisa tanah yang berada di atas ayakan dibuang. Metode ini merupakan metode hidrometer yang membutuhkan ketelitian dalam pelaksanaannya. Tekstur tanah dapat ditetapkan secara kualitatif dilapangan (Hakim, 1986).
            Tekstur tanah dibagi menjadi 12 kelas seperti yang tertera pada diagram segitiga tekstur tanah USDA yang meliputi pasir, pasir berlempung, lempung berpasir, lempung, lempung liat berpasir, lempung liat berdebu, lempung berliat, lempung berdebu, debu, liat berpasir, liat berdebu, dan liat (Lal, 1979).
            Tanah terdiri dari butir-butir pasir, debu, dan liat sehingga tanah dikelompokkan kedalam beberapa macam kelas tekstur, diantaranya kasar, agak kasar, sedang, agak halus,dan hancur (Hardjowigeno, 1995).
Kasar dan halusnya tanah dalam klasifikasi tanah (taksnomi tanah) ditunjukkan dalam sebaran butir yang merupakan penyederhanaan dari kelas tekstur tanah dengan memperhatikan pula fraksi tanah yang lebih kasar dari pasir (lebih besar 2 mm), sebagian besar butir untuk fraksi kurang dari 2 mm meliputi berpasir lempung, berpasir, berlempung halus, berdebu kasar, berdebu halus, berliat halus, dan berliat sangat halus (Hardjowigeno, 1995).
2.2    Faktor-faktor yang mempengaruhi tekstur tanah
Hanafiah (2005), mengemukakan Faktor-faktor yang mempengaruhi tekstur tanah adalah sebagai berikut:
1.  Iklim
Iklim merupakan rerata cuaca pada jangka panjang minimal permusim atau perperiode, dan seterusnya, dan cuaca adalah kondisi iklim pada suatu waktu berjangka pendek misalnya harian, mingguan, bulanan dan maksimal semusim atau seperiode. Pengaruh curan hujan ialah sebagai pelarut dan pengangkut maka air hujan akan mempengaruhi: (1)  komposisi kimiawi mineral penyusun tanah, (2) kedalaman dan diferensiasi profil tanah, (3) sifat fsik tanah. Pengaruh temperatur setiap kenaikan temperatur  C akan meningkatkan penigkatannya laju reaksi kimiawi menjadi 2x  lipat. Meningkatkan pembentukan dan pelapukan dan pembentukan liat terjadi seiring dengan peningkatannya temperatur.
            Hubungan antara temperatur dan pertumbuhan tanaman serta akumulasi bahan organik cukup kompleks. Kandungan bahan organik tanah adalah jumlah antara hasil penambahan bahan organik + laju mineralisasi bahan organik + kapasitas tanah melidungi bahan organik  dari mineralisasi (liat amorf).
2.  Topografi
Tofografi yang dimaksud adalah konfigurasi permukaan dari suatu area/wilayah. Perbedaan tofografi akan mempengaruhi jenis tanah yang terbentuk.  pada daerah lereng infiltras. Sedangkan pada daerah datar/rendah, menerima kelebihan air yang menyediakan air lebih banyak untuk proses genesis tanah.
a. Pengaruh slope/lereng
Kemiringan dan pandang lereng berpengaruh pada genesis tanah. Semakin tanah curam lereng makin besar runcff dan erosi tanah. Hal yang mengakibatkan terhambatnya genesis tanah oleh karena  pertumbuhan tanaman terhambat dan sumbangan bahan organik juga lebh kecil, pelapukan menjadi terhambat begitu pula dengan pembentukan liat. Disamping itu, pencucian dan eluviasi berkurang. Dengan kata lain tanah lebih tipis dan kurang berkembang di daerah lereng.
b. Pengaruh tinggi muka air dan drainase
Tanah mempunyai drainase baik pada slope yang muka air tanah jauh di bawah permukaan tanah. Tanah yang berdrainase buruk ditandai dengan muka air yang muncul di permukaan tanah yang menyebabkan terjadinya kondisi anerobik dan reduksi. Tanah yang bedrainase buruk mempunyai horison A biasanya berwarna gelap olh karena tingginya bahan organik, tapi horison bawah pemukaannya cenderung kelabu (gray). Tanah berdrainase baik, mempunyai horison A yang warnanya lebih terang dan horison bawahnya seragam lebih gelap.
3.  Organisme Hidup
Fungsi utama organisme hidup adalah untuk menyediakan bahan organik bagi soil. Humus akan menyediakan nutrien dan membantu menahan air. Tumbuhan membusuk akan melepaskan asam organik yang meningkatkan pelapukan kimiawi. Hewan penggali seperti semut, cacing, dan tikus membawa partikel soil ke permukaan dan mencampur bahan organik dengan mineral. Lubang-lubang yang dibuat akan membantu sirkulasi air dan udara, meningkatkan pelapukan kimiawi dan mempercepat pembentukan soil. Mikroorganisme seperti bakteri, jamur, dan protozoa membantu proses pembusukan bahan organik menjadi humus.
4. Waktu
Tanah merupakan benda alam yang terus menerus berubah (dinamis) sehingga akibat pelapukan dan pencucian yang terus menerus maka tanah tanah yang semakin tua juga akan semakin kurus. Mineral yang banyak mengandung unsur hara telah habis mengalami pelapukan sehingga tinggal mineral yang sukar lapuk seperti kuarsa. Karena proses pembentukan tanah yang terus berjalan maka bahan induk tanah berubah berturut turut menjadi tanah muda, tanah dewasa dan tanah tua. Tanah muda hasil pembentukan horizon C dan horizon A. Tanah dewasa yaitu hasil pembentukan horizon B yang masih muda (Bw). Tanah tua merupakan tanah dari hasil pencucian yang terus menerus berlanjut sehingga tanah tersebut menjadi kurus dan masam. Perlu diketahui bahwa tingkat perkebangan  tanah tidak setara dengan tingkat pelapukan tanah. Tingkat perkembangan tanah berhubungan dengan perkembangan horizon horizon tanah, sedangkan tingkat pelapukan tanah berhubungan dengan tingkat pelapukan mineral dalam tanah.
5. Bahan Induk
Pembentuk bahan induk yang terbentuk dari batuan induk keras di dominasi oleh proses disentegrasi secara fisik dan dekomposisi kimiawi partikel mineral dalam batuan tersebut. Bahan induk yang berasal dari batu pasir. Pada batu kapur, tanah terbentuk dari sisa-sisa bahan yang tidak larut setelah kalsium dan magnesium karbonat terlarut dan terkunci. Liat adalah bahan yang dapat d temui pada batu kapur, yang kemudian menjadikan tanah bertekstur halus. Bahan induk yang di turunkan dari sedimen dibawah oleh air angin. Sedimen koluvial  terjadi pada lereng terjal dimana gravitasi adalah kekuatan utama yang menyebabkan gerakan dan sedimentasi.sedimen koluvial adalah bahan induk yang penting di areal bergunung/berbukit. Sedimen alluvial biasa ditemui dimana-mana oleh karena penyebaran oleh banjir dan sungai. Contoh: kebanyakan tanah-tanah pertanian di California terbentuk di lembahdiman alluvial adalah bahan induk yang dominan. Pengaruh bahan induk terhadap genesis tanah, Perkembangan horison terutama horison B tergantung pada translokasi partikel halus oleh air. Bahan induk yang tersusun 100% pasir kuarsa tidak akan hancur untuk mengahasilkan partikel koloid. Bahan induk yang bertekstur pasir akan mendukung perkembangan horison bahasa daerah (humid). Bahan induk yang tersusun atas partikel inter media akan berkembang menjadi berbagai jenis tanah. Tekstur dan struktur tanah akan mempengaruhi genesis tanah melalui proses infiltrasi dan erosi. Permeabilitas dan translokasi material dalam air, proteksi dan akumulasi bahan organik dan ketebalan solum (horison A+B).
2.3 Hubungan tekstur dengan pertumbuhan tanah
Pemahaman tanaman sebagai media tumbuh tanaman pertama kali dikemukakan oleh Dr.H.L.Jones dari Cornell University Inggris (Darmawijaya,1990), yang mengkaji hubungan tanah pada tanaman tingkat tinggi untuk mendapatkan produksi pertanian yang seekonomis mungkin. Kajian tanah dari aspek ini disebut edaphologi (edaphos=bahan tanah subur), namun pada realitasnya kedua defenisi selalu terintegrasi.
          Tanah pada masa kini sebagai media tumbuh tanaman didefenisikan sebagai lapisan permukaan bumi yang secara fisik berfungsi sebagai tempat tumbuh berkembangnya perakaran penopang tegak tumbuhnya tanaman dan penyuplai kebutuhan air dan udara, secara kimiawi berfungsi sebagai gudang dan penyuplai hara atau nutrisi dan unsur-unsur esensial sedangkan secara biologis berfungsi sebagai habitat biota yang berpatisipasi aktif dalam penyediaan hara tersebut dan zat-zat adiktif bagi tanaman (Hanafiah, 2008).
          Tanah yang didominasi pasir akan banyak mempunyai pori-pori makro, tanah yang didominasi debu akan mempunyai pori-pori meso (sedang), sedangkan didominasi liat akan banyak mempunyai pori-pori mikro. Hal ini berbanding terbalik dengan luas permukaan yang terbentuk, luas permukaan mencerminkan luas situs yang dapat bersentuhan dengan air, energi atau bahan lain, sehingga makin dominan fraksi pasir akan makin kecil daya tahannya untuk menahan tanah (Hakim, 1986).
          Makin poreus tanah akan makin mudah akar untuk berpenetrasi, serta makin mudah air dan udara untuk bersirkulasi tetapi makin mudah pula air untuk hilang dari tanah dan sebaliknya, makin tidak poreus tanah akan makin sulit akar untuk berpenetrasi serta makin sulit air dan udara untuk bersirkulasi. Oleh karena itu, maka tanah yang baik dicerminkan oleh komposisi ideal dari kedua kondisi ini, sehingga tanah bertekstur debu dan lempung akan mempunyai ketersediaan yang optimum bagi tanaman, namun dari segi nutrisi tanah lempung lebih baik ketimbang tanah bertekstur debu (Nyakpa, 1989).
           Fraksi pasir umumnya didominasi oleh mineral kuarsa yang sangat tahan terhadap pelapukan, sedangkan fraksi debu biasanya berasal dari mineral feldspar dan mika yang cepat lapuk, pada saat pelapukannya akan membebaskan sejumlah hara, sehingga tanah bertekstur debu umumnya lebih subur ketimbang tanah bertekstur pasir (Hardjowigeno, 1993).
          Pada tanah-tanah di daerah tropika nisbah debu liat merupakan kriteria penting dalam mengevaluasi fenomena seperti migrasi liat, taraf pelapukan fisik, dan umur bahan induk tanah serta klasifikasi tanah (Lal, 1979).

  
III. METODE PERCOBAAN
3.1 Tempat dan Waktu
Praktikum analisis tekstur  tanah dilaksanakan di Laboratorium Kimia Tanah, Jurusan Ilmu Tanah Fakultas Pertanian, Universitas Hasanuddin, Makassar.  Pada hari Kamis 20 Oktober 2015. Pukul 15.30 WITA sampai selesai.
3.2 Bahan dan Alat
Alat-alat yang digunakan adalah hidrometer, cawan petris, selinder sedimentasi, 1000 ml saringan, termometer, timbangan, botol selei. Sedangkan Bahan yang digunakan adalah sampel tanah, air, larutan calgon dan aquades.
3.3   Prosedur Kerja
a.       Prosedur kerja di lapangan menggunakan metode feeling:
1)       Ambil segumpal kecil tanah, lalu letakkan diatas telapak tangan atau diantara jari-jari tangan, basahi tanah dengan air hingga lembab.
2)       Gesek-gesekan tanah yang ada diantara jari telunjuk dan ibu jari, rasakan adanya kelengketan, kekasaran dan kelicinan yang di timbulkan tanah.
3)       Perkirakan tekstur yang terbentuk, kemudian catat hasil perkiraan pada kolom isian.
b.      Adapuns prosedur kerja yang dilakukan dalam praktikum analisis tekstur tanah adalah sebagai berikut :
1. Menimbang 20 gram tanah kering udara, butir-butir tanah ini berukuran kurang dari 2mm.
2.  Memasukkan tanah ke dalam erlenmeyer atau botol tekstur dan ditambahkan 10 mL larutan Calgon 0,05 % dan aquadest secukupnya.
3. Mengocok tanah dengan mesin pengocok selama kurang lebih 10 menit.
4. Menuangkan secara kualitatif semua isinya ke dalam silinder sedimentasi 1000 mL yang di atasnya dipasang saringan dengan diameter lubang 0,05 mm dan dibersihkan botol tekstur dengan bantuan botol semprot.
5. Semprot dengan spayer sambil diaduk-aduk semua suspensi yang masih tinggal pada saringan sehingga semua partikel debu dan liat telah turun (air saringan telah jernih).
6. Pasir yang tertinggal dipindahkan ke dalam cawan dengan pertolongan botol semprot kemudian masukkan ke dalam oven bersuhu 105C selama 2 x 24 jam, selanjutnya masukkan dalam desikator dan timbang hingga berat pasir diketahui (catat sebagai C gram)
7.  Mencukupkan larutan suspensi dalam tabung sedimentasi dengan aquadest hingga 1000 mL.
8. Angkat silinder sedimentasi, sumbat bolak-balik dengan karet lalu kocok dengan membolak-balik tegak lurus 180 sebanyak 20 x atau dapat juga dilakukan dengan memasukkan pengocok ke dalam silinder sedimentasi lalu aduk naik turun selama 1 menit.
9.  Masukkan hidrometer kedalam suspensi dengan sangat hati-hati agar suspensi tidak banyak terganggu.
10. Setelah beberapa detik, membaca dan mencatat (H1) pada hidrometer  beserta suhunya (t1), dengan hati-hati hidrometer dikeluarkan dari suspensi.
11. Setelah menjelang 8 jam, hidrometer dimasukkan kembali untuk pembacaan H2 dan t2.
12. Hitung berat debu dan liat dengan menggunakan persamaan dibawah ini:
Berat debu dan liat        = ...........( a )
Berat liat                        =  ..........( b )
Berat debu                     = berat ( debu + liat ) – berat liat................( a + b )
13. Hitung persentase pasir, debu dan liat dengan persamaan :
% pasir   =
% debu =
% liat                 =
14. Masukkan nilai yang didapat kedalam segitiga tekstur

Keterangan :
1.      Liat                              6. Lempung Liat Berdebu       10. Debu
2.      Liat Berpasir               7. Lempung Berpasir               11. Pasir
3.      Lempung Berliat         8. Lempung                             12. Pasir Berlempung
4.      Liat Berdebu               9. Lempung Berdebu
5.      Lempung Liat Berpasir


lV . HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1  Hasil
Tabel 1.Persentase Fraksi Tanah  Alfisol 
Lapisan
% Pasir
% Debu
% Liat
Kelas
       II
66,82%
13,25%
19,93%
Lempung berpasir
       III
36,3 %
31,07 %
12,61%
Pasir
Sumber data: data primer setelah diolah, 2015
4.2  Pembahasan
Berdasarkan hasil pengamatan pada tanah yang diambil dari lapisan II dapat dilihat persentase terbesar adalah pasir. Hal ini berarti tanah tersebut memiliki pori–pori besar sehingga air mudah hilang dari tanah. Hal ini sesuai dengan pendapat hanafiah (2005) bahwa makin besar pori–pori  tanah maka makin mudah akar untuk berpenetrasi, serta makin mudah air dan udara untuk bersirkulasi, sehingga air  mudah meresap masuk kedalam tanah.
Persentase pasir yang tinggi mencapai 66,82%, debu 13,25% dan liat 19,93% menunjukkan tanah tersebut memiliki kelas tekstur lempung berpasir. Hal ini sesuai dengan hasil penentuan tekstur tanah dengan menggunakan segitiga tekstur. Sesuai dengan pendapat Hardjowigeno (2002) bahwa tekstur tanah dapat ditentukan persentase kandungan pasir, debu, dan liat.
            Sedangkan hasil pengamatan pada tanah yang diambil dari lapisan III dapat dilihat persentase terbesar adalah pasir. Hal ini berarti tanah tersebut memiliki pori–pori besar sehingga air mudah hilang dari tanah. Hal ini sesuai dengan pendapat hanafiah (2005) bahwa makin besar pori–pori  tanah maka makin mudah akar untuk berpenetrasi, serta makin mudah air dan udara untuk bersirkulasi, sehingga air  mudah meresap masuk kedalam tanah.
Persentase pasir yang tinggi mencapai 56,3 %, debu 31,07 % dan liat 12,61 % menunjukkan tanah tersebut memiliki kelas tekstur lempung berpasir. Hal ini sesuai dengan hasil penentuan tekstur tanah dengan menggunakan segitiga tekstur. Sesuai dengan pendapat Hardjowigeno (2002) bahwa tekstur tanah dapat ditentukan persentase kandungan pasir, debu, dan liat.
Hanafiah (2005) menyebutkan bahwa fraksi pasir memiliki ukuran 0,05 mm hingga 2,00 mm dan memiliki sifat tidak plastis dan tidak liat, daya menahan air rendah, ukuran yang besar menyebabkan ruang pori makro lebih banyak, perkolasi cepat, sehingga aerasi dan drainase tanah pasir relative baik. Partikel pasir ini berbentuk bulat dan tidak lekat satu sama lain dan Debu memiliki ukuran 0,002 mm hingga 0,005 mm yang merupakn pasir mikro. Tanah keringnya menggumpal tetapi mudah pecah jika basah, empuk dan menepung. Fraksi debu mempunyai sedikit sifat plastis dan kohesi yang cukup baik. Sedangkan fraksi Liat  memiliki ukuran kurang dari 0,002 mm, berbentuk lempeng, punya sifat lekat yang tinggi sehingga bila dibasahi amat lengket dan sangat plastis, sifat mengembang dan mengkerut yang besar.
  

V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1.  Kesimpulan
Tekstur merupakan sifat kasar-halusnya tanah dalam percobaan yang ditentukan oleh perbandingan banyaknya zarah-zarah tunggal tanah dari berbagai kelompok ukuran, terutama perbandingan antara fraksi-fraksi lempung, debu, dan pasir berukuran 2 mm ke bawah.
Berdasarkan hasil yang diperoleh pada praktikum tekstur tanah ini, maka dapat kami simpulkan bahwa tanah pada lapisan III memiliki persentase pasir sebesar 56,3 %, debu 12,61 %, dan liat sebesar 31,07 % sehinnga termasuk dalam tekstur  berpasir.

5.2.  Saran
Untuk memilih lahan pertanian, perlu diperhatikan masalah tekstur tanah, hal ini disebabkan karena tekstur tanah dapat mempengaruhi kandungan bahan organik atau unsur hara yang diperlukan untuk tumbuhan serta kemampuannya menyimpan air dan aerasi.

 I.  DAFTAR PUSTAKA



Buckman, H.O. dan N.C. Brandy, 1982.  Ilmu Tanah.  Brata Karya Aksara, Jakarta. Diakses tanggal 17/7/2013 pukul 12.00 WITA
Foth, H.D., 1984.  Dasar-Dasar Ilmu Tanah..  Edisi VI.  Erlangga, Jakarta. Diakses tanggal 10/8/2013 pukul 13.00 WITA
Hakim, N.M.Y. Nyakpa, A.M.Lubis, S.Ghani, Nugroho, M.R.Soul, M.A.Diha,  G.B.Hong, N.H.Balley., 1986.Dasar-Dasar Ilmu Tanah.Universitas Lampung, Lampung. Diakses tanggal 09/11/2012 pukul 10.00 WITA
Hanafiah, Ali Kemas.  2005.  Dasar-dasar Ilmu Tanah.  Raja Grafindo Persada, Jakarta. Diakses tanggal 06/12/2014 pukul 11.00 WITA
Hadjowigwno, S., 1987.  Ilmu Tanah.  Mediyatama Sarana Perkasa, Jakarta. Diakses tanggal 07/01/2014 pukul 15.00 WITA
  

LAMPIRAN
Perhitungan tekstur tanah menggunakan Hydrometer setiap lapisan 2 :
Dik :    H1 = 4              t1 = 29 ͦ C                       
            H2 = 2             t2 = 29 ͦ C
C  = 5,8 s
Perhitungan berat debu dan liat :
Berat debu dan Liat              = …………….(a)
                                                =
                                                =
                                                =
                                                =
                                                = 2,88 gram
Berat Liat                               = …………….(b)
                                                =
                                                =
                                                =
                                                =1,73 gram
Berat Debu                           = Berat (debu + liat) – Berat Liat.......(a – b)
                                                = 2,88 – 1,73
                                                            = 1,15 gram
Perhitungan presentase pasir, debu, dan liat :
% Pasir                                              =
                                                            =
                                                            = 66,82%
% Liat                                                =
                                                            =
=
                                                            = 13,25%
% Debu                                  =
                                                            =
                                                            =
                                                            = 19,93 %
Perhitungan tekstur tanah menggunakan Hydrometer setiap lapisan 2 :
1.      Berat debu dan liat
=
=
=
=21,23 gram
2.      Berat liat
=
=
=
= 6,13 gram


3.      Berat debu
= berat ( debu + liat ) – berat liat
= a + b
= 21,23 gram + 6,13 gram
= 27, 36 gram
4.      % pasir
% pasir            =
% pasir            =
% pasir            = 56,3 %
5.      % debu
% debu            =
% debu            =
% debu            = 31,07 %
6.      % liat
% liat               =
% liat               =
% liat               = 12,61 %
7.      Jumlah persen % = 99,98 %, sehingga tekstur tanah lapisan 3 adalah pasir.











Penentuan Tekstur Tanah Menggunakan Segitiga Tekstur
 
% Pasir
% Debu
% Liat
Kelas
66,82%
13,25%
19,93%
Lempung berpasir
Gambar 1. Hasil Tekstur Tanah Menggunakan Segitiga Tekstur

LAMPIRAN FOTO


























Tidak ada komentar:

Posting Komentar