Laporan
Praktikum
Dasar-Dasar
Ilmu Tanah
MENGEMBANG MENGERUT
NAMA : NUR HIJRAH
NIM : G11115076
KELAS : DDIT C
KELOMPOK : 8
ASISTEN : RIRIN DYAH RAHAYU
PROGRAM
STUDI AGROTEKNOLOGI
JURUSAN
ILMU TANAH
FAKULTAS
PERTANIAN
UNIVERSITAS
HASANUDDIN
MAKASSAR
2015
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar
Belakang
Sifat mengembang dan mengerut adalah masuk atau
keluarnya air ke atau dari antara lempeng – lempeng liat kristal tipe 2 : 1
meneybabkan terlihatnya sifat mengembang dalam keadaan basa dan mengerut dalam
keadaan kering. Pengembangan terjadu karena beberapa sebab, sebagian
pengembangan terjadi karena penetrasi air kedalam lapisan kristal liat yang
menyebabkan pengembangan pada kristal. Akan tetapi sebagian besar terjadi
karena tertariknya air kedalam koloid- koloid dan ion-ion yang teradsorbsi pada
liat dan karena udara yang tertangkap di dalam pori mikro ketika memasuki pori
tanah. Retakan – retakan tanah dapat memperbaiki aerasi tanah pada bagian
dalam. Namun, retakan- retakan yang terlalu lebar dapat menyebabkan putusnya
akar – akar tanaman. Pengembangan dan pengerutan yang tidak sama dapat
menyebabkan retakan pondasi gedung – gedung sedangakan jalanan yang diperkeras
menjadi bergelombang.
Pengembangan
tanah adalah penjenuhan air sehingga menutupi celah – celah retakan tanah yang
diakibatkan oleh pengerutan. Tanah yang mengandung mineral liat smectit memperlihatkan sifat mengembang dan mengerut. Kation – kation dan
molekul – molekul air sudah masuk antara unit Kristal mineral sehingga mineral
akan mengembanga saat basa dan mengerut saat kering, karena banyaknya air yang
hilang pada tanah tersebut. Sifat mengembang dan mengerut tanah disebabkan
karena kandungan mineral liat montmorilonit yang tinggi. Oleh sebab itu, para
ahli bangunan sangat berhati-hati. Kalau tanah banyak mengandung mineral liat
tipe montmorilonit, mereka akan berani mendirikan bangunan atau jalan. Kalau
terpaksa harus mendidirikan bangunan atau jalan, maka lapisan atas tanah
dikupas atau dibuang, diganti dengan tanah dari tempat lain dari tempat lain
yang tidak mengandung montmirilonit.
Berdasarkan uraian diatas, maka perlu melaksanakan
praktikum mengembang dan mengerut untuk mengetahui presentase pengerutan dan
pengembangan tanah sehingga diperoleh teknik pengolahan tanah yang efektif.
I.2. Tujuan
dan Kegunaan
Praktikum ini
bertujuan untuk mendemonstrasikan sifat
mengembang dan mengerut tanah, mengukur besarnya pengembangan dan pengerutan
berdasarkan koefisien pengembangan linier (coefficient
of linear extensibility – COLE).
II. TINJAUAN
PUSTAKA
2.1. Proses mengembang dan mengerut
tanah
Menurut Hardjowigeno
(2003), Sifat mengembang dan mengerut
tanah terjadi karena kandungan liat monmorilonit yang tinggi. Tanah mengembang
pada saat basah dan tanah mengerut pada saat kering. Akibatnya pada saat musim
kering tanah menjadi pecah-pecah dan kalau basah tanah mengembang dan menjadi
lengket, apabila tanahnya memiliki kandungan liat yang tinggi maka pertikel
litanya akan mudah mengalami perluasan akibatnya tanah ini mengembang pada
keadaan lembab dan mengerut pada keadaan kering. Tanah mempunyai sifat mengembang (bila basah) dan mengerut (bila
kering). Akibatnya pada musim hujan karena tanah basah maka tanah mudah mengembang
dan pada musim kemarau / kering karena tanah mengerut, maka tanah menjadi pecah-pecah.
Besarnya pengembangan dan pengerutan dinyatakan dengan COLE (Coefficient of
Linier Extensibility) atau PVC (Potencial Volume Change). Mineral liat silikat mempunyai
struktur berlapis-lapis. Berdasarkan atas banyaknya lapisan ini, maka tanah mempunyai
beberapa tipe yaitu tipe1 : 1 dan 2 : 1 serta 2 : 2. Antara
lapisan-lapisan ini terdapat ruang atau kisi-kisi tempat keluar masuk air dan udara
menyebabkan tanah mengembang jika basah dan mengerut bila kering. Besarnya pengembangan dan pengerutan tanah dinyatakan dengan COLE dan
PVC. Istilah COLE banyak digunakan dalam bidang ilmu tanah (Pedologi) sedang
PVC digunakan dalam bidang Engneering (pembuatanjalan, gedung-gedung, dan sebagainya.
Sifat mengembang
dan mengerut disebabkan oleh kandungan air relative, terutama yang berada diantara
satuan-satuan structural misel. Jika kisi hablur lempung mengembangkan terjadi pengerutan
pada waktu terjadi pembasahan oleh air. Setelah mengalami kekeringan sesuatu tanah
yang cukup lama akan mengalami retak yang cukup dalam, sehingga hujan pertama mudah
masuk kedalam tanah (Buckman, 1982).
Sifat
mengembang dan mengerut disebabkan oleh kandungan air relatif, terutama yang
berda diantara satuan–satuan struktural misel. Jika kisi hablur lempung
mengembang akan terjadi pengerutan pada waktu terjadi pembahasan oleh air.
Setelah mengalami kekeringan, suatu tanah yang cukup lama akan mengalami retak
yang cukup dalam, sehingga hujan pertama mudah masuk ke dalam tanah (Buckman
and Brady, 1982).
Pengerutan
biasanya terjadi pada musim kemarau atau musim kering. Pengerutan adalah
keadaan dimana tanah mengalami retakan–retakan, yang disebabkan oleh karena
ruang atau pori tanah tersebut tidak terisi oleh air yang cukup. Pengerutan
pada tanah akan mengakibatkan terjadinya pematahan pada akar tanaman
(Hardjowigeno, 2003).
Antara
pengembangan dan pengerutan, kohesi dan plastis berhubungan erat satu sama
lain. Ciri–ciri ini tergantung tidak hanya pada campuran lempung dalam tanah,
tetapi juga sifat dan jumlah humus yang terdapat bersama koloid organik
(Buckman and Brady, 1982).
2.2 Faktor-faktor
yang mempengaruhi mengembang dan mengerut
Adapun faktor- faktor yang mempengaruhi sifat
mengembang dan mengerut pada tanah adalah kadar air dalam tanah, luas ruang
atau pori tanah serta kandungan mineral liat. Ketiga faktor ini sangat
berpengaruh disebabkan karena apabila kadar air dalam tanah tinggi maka pori
atau ruang dalam tanah akan banyak terisi oleh air, sehingga terjadi
pengembangan pada tanah.begitu juga sebaliknya. Kandungan liat juga sangat
berpengaruh disebabkan karena permukaan liat yang besar dan dapat menyerap
banyak air sehingga tanah yang memiliki kadar liat yang tinggi sangat mudah
terjadi pengembangan begitu pula sebaliknya. (Munir,1996).
Sifat mengembang dan mengerut tanah
disebabkan oleh kandungan liat mentrollnit yang tinggi. Tanah mengembang pada
saat basah dan tanah mengerut pada saat kering. Akibatnya pada saat musim
kering tanah menjadi pecah-pecahkalau basah tanah mengembang dan menjadi
lengket (Hardjowigeno,1998 ). Apabila tanahnya memiliki kandungan liat
yang tinggi maka pertikel liatnya akan mudah mengalami perluasan akibatnya
tanah ini mengembang pada keaadan lembab dan mengerut pada keadaan kering (Hardjowigeno,1998
).
Pada saat
kering tanah mengalami pelebaran serta dalam keretakannya bisa mencapai pada
lapisan kedua.sifat mengembang ditandai dengan terisinya semua ruang pori-pori
tanah baik makro maupun mikro oleh molekul-molekul air dan gejala ini terjadi
ketika tanah dalam keadaan basah. Sedang sifat mengerut tanah terjadi ketika
tanah dalam keadaan kering setelah basah yang ditandai dengan semakin
mengecilnya pori-pori tanah pada waktu mengerut (Buckman, 1994).
2.3 Hubungan mengembang
dan mengerut dengan kadar air
Penyusutan tanah terjadi karena
adanya penurunan kadar air akibat evaporasipada musim kering dan pengembangan
terjadi karena adanya penambahan kadar air akibat musim hujan. Peristiwa itu
akan berlangsung sepanjang tahun seiring denganadanya perubahan musim. Untuk
menanggulangi peristiwa kembang susut tersebut dapatdilakukan dengan mengubah
gradasi butir tanah atau menjaga kadar air dalam tanah tidak mengalami
perubahan (Buckman 1994).
Hubungan
Mengembang dan mengerut dengan kadar air yaitu apabila kadar air dalam tanah
tinggi maka pori atau ruang dalam tanah akan banyak terisi oleh air sehinggat
erjadi pengembangan pada tanah begitu juga sebaliknya.
Kandungan liat juga sangat berpengaruh disebabkan karena permukaan liat yang besar dan dapat menyerap banyak air sehingga tanah yang memiliki kadar liat yang tinggi sangat mudah terjadi pengembangan begitu pula sebaliknya (Foth, 1994).
Kandungan liat juga sangat berpengaruh disebabkan karena permukaan liat yang besar dan dapat menyerap banyak air sehingga tanah yang memiliki kadar liat yang tinggi sangat mudah terjadi pengembangan begitu pula sebaliknya (Foth, 1994).
Tanah
yang mempunyai kemampuan mengembang dan mengerut paling tinggi disebabkan oleh
kandungan liat, maka permeabilitasnya semakin lambat. Hal ini menyebabkan tanah
mempunyai retakan-retakan yang banyak. Air yang mengalir melalui
retakan-retakan menyebabkan perkolasi makin tinggi. Hal inilah yang menyebabkan
pengukuran kecepatan air perkolasi di musim kering sering menghasilkan
kesalahan-kesalahan (Buckman, 1994).
III. METODE
PENELITIAN
3.1. Waktu dan Tempat
Praktikum sifat mengembang dan mengerut ini dilaksanakan pada hari Kamis tanggal 26November 2015 pukul
11.00-12.00 WITAdi Laboratorium Fisika Tanah Jurusan Ilmu Tanah Fakultas
Pertanian, Universitas Hasanuddin, Makassar.
3.2.
Alat Dan Bahan
Alat-alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah
timbangan, tabung reaksi, cawan Petridis, gelas ukur, mistar dan oven. Sedangkan bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah
sampel tanah, air, dan tissue.
3.3.
Prosedur Kerja
1. Siapkan COLE device yang bagian dalamnya telah
diolesi gemuk.
2. Lumatkan (remold) secara merata sekitar 300 gram
(atau secukupnya).
3. Masing-masing sampel tanah kering udara yang
telah disiapkan hingga tanah berbentuk pasta ( sekitar liquid limit stage atau
batas cair ) yang halus tanpa agregat.
4. Masukkan pasta tanah ini ke dalam COLE device
dengan menggunakan spatula.
5. Setelah tanah memenuhi COLE device, ukur panjang
awal tanah dengan menggunakan mistar ukuran 30 cm ( untuk mengetahui panjang awalnya) dan
catat.
6. Kemudian biarkan tanah mengering di dalam ruangan
(jangan dimasukkan ke dalam oven).
7. Keringkan tanah selama 1 minggu atau sekitar 3
hari.
6. Setelah itu ukur lagi panjang akhir tanah dengan menggunakan mistar ukuran 30 cm
dan catat dalam lembar data.
7. Hitunglah COLE dengan rumus :
COLE
= 100 x ( Ia – If ) / Ia
(13 – 1)
Keterangan
:
Ia : panjang awal ( dengan panjang COLE device
bagian dalam )
If : panjang akhir ( mm )
COLE dinyatakan dalam satuan %
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.
1 Hasil
Berdasarkan
hasil pengamatan dari pengembangan dan pengerutan :
Lapisan Tanah
|
Ia (Panjang Awal)
|
If (Panjang Akhir)
|
COLE
|
Lapisan 1
|
21 cm
|
18,6 cm
|
11,42%
|
Lapisan 2
|
21 cm
|
18,6 cm
|
11,42 %
|
Lapisan 3
|
21,4 cm
|
19 cm
|
11,21%
|
Sumber data primer yang
telah diolah
4.2. Pembahasan
Berdasarkan hasil pengamatan yang
telah kami lakukan, didapatkan hasil pada lapisan I yaitu panjang awal atau
Ia sebesar 21 cm sedangkan If atau panjang akhir sebesar 18,6 cm dengan harga
COLE 11,42 % , hal ini
disebabkan karena tanah ini merupakan tanah bagian atas, yang mengalami
pencucian pada musim hujan sedangkan pada musim kemarau, hasil pencuciannya
akan mengendap pada tanah lapisan bawah sehingga sangat mempengaruhi tekstur
pengembangan dari tanah tersebut. Hal ini sesuai dengan pernyataan dari Hardjowigeno (2003) bahwa liat pada
tanah inceptisol mengalami penumpukan pada lapisan bawahnya, hal ini
disebabkan karena terjadi intensitas pencucian yang sangat besar pada
musim hujan sehingga seluruh partikel liat akan dialirkan ke lapisan
bawahnya. Dan akhirnya partikel liat hasil pencucian tersebut mengalami
pengendapan pada lapisan bawah pada musim kemarau karena tidak ada lagi air
yang cukup untuk mengalirkannya hingga batuan induk.
Lapisan 2 memiliki persantase pengembangan
tanah hamper sama dengan lapisan satu sebesar 11,42 % , dan terakhir untuk lapisan 3 dengan nilai Ia
= 21,4 cm dan If = 19 cm dengan
persentase pengembangan sebesar 11,21 %.
Persentase pengembangan lapisan 3
lebih
rendah daripada lapisan 1 dan lapisan 2 yang menunjukkan bahwa ruang pori untuk
menyimpan air pada lapisan 3 lebih banyak daripada lapisan 1 dan 2 sehingga
akan lebih mengembang,hal ini disebabkan
karena adanya perubahan mendadak yang terjadi pada kandungan air yang terdapat didalam
tanah, air yang terkandung dalam ruang tanah atau pori-pori tanah telah berkurang
sehingga kepadatan tanahnya juga berkurang yang nantinya akan menyebabkan pelebaran
pada ruang atau pori-pori tanah. Pengerutan terjadi pada waktu terjadinya pembebasan
air, setelah mengalami kekeringan suatu tanah yang cukup lama akan mengalami
retak yang cukupdalam. Dan juga, karena tanah inseptisol memiliki kandungan liat
yang tinggi sehingga apabila terjadi kekeringan pada tanah, dengan mudah tanah akan mengerut atau retak (Hardjowigeno, 2003).
V.PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Sifat mengembang dan mengerut tanah terjadi karena
kandungan liat monmorilonit yang tinggi. Tanah mengembang pada saat basah dan
tanah mengerut pada saat kering. Persentase pengembangan tanah pada lapisan pertama sebesar 20 %,
sedangkan pada lapisan kedua sebesar 11,42 %.Persentase
pengerutan pada lapisan kedua sebesar 11,42 %, sedang pada lapisan ketiga
sebesar 11,21 %. Sifat mengembang dan mengerut disebabkan oleh kandungan air relatif,
terutama yang berada di satuan-satuan structural misel.
5.2 Saran
Dalam praktikum sifat mengembang
dan mengerut selanjutnya untuk menghindari kesalahan data hendaknya harus melakukan
percobaan sesuai dengan prosedur- prosedur agar hasil yang didapatkan pada akhirnya
adalah data yang akurat. Dalam pengolahan lahan-lahan pertanian sebaiknya diperhatikan tingkat pengembangan
dan pengerutan suatu tanah, karena hal tersebut akan mempengaruhi kualitas suatu
lahan sebagai media tumbuhtanaman.
DAFTAR
PUSTAKA
Buckman dan Brady, 1982. Ilmu
Tanah. Bharata Karya Aksara. Jakarta. Diakses tanggal 11 Maret 2012.
Hardjowigeno. S.,
2003. Ilmu Tanah. PenerbitAkademikaPressindo
: Jakarta. Tanggal 12 Februari 2012
Hardjowigeno. S., 2007. Ilmu Tanah.
Penerbit Akademika Pressindo : Jakarta. Diakses tanggal 13 Januari 2012 pukul
12.00 WITA.
Hakim, Dkk 1986. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Universitas
Lampung, Lampung. Tanggal 23 Juni 2013 pukul 03.00 WITA.
LAMPIRAN
1. COLE =
100 x (
Ia – If ) / Ia
COLE =
100 x (
21 – 18,6 ) / 21
=100 x ( 2,4) / 21
=100 x 0,1142
=11,42 %
2.
COLE = 100 x ( Ia
– If ) / Ia
COLE =
100 x (
21 – 18,6 ) / 21
=100 x ( 2,4) / 21
=100 x 0,1142
=11,42 %
3.
COLE = 100 x ( Ia
– If ) / Ia
COLE =
100 x (
21,4 – 19 ) / 21,4
=100 x ( 2,4) / 21,4
=100 x 0,1121
= 11,21%
Tidak ada komentar:
Posting Komentar