Rabu, 26 Juni 2019

Laporan Praktikum Mengembang Mengerut


Laporan Praktikum
Dasar-Dasar Ilmu Tanah

MENGEMBANG MENGERUT






NAMA                        : NUR HIJRAH
NIM                            : G11115076
KELAS                       : DDIT C
KELOMPOK             : 8
ASISTEN                   : RIRIN DYAH RAHAYU


PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
JURUSAN ILMU TANAH
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2015



I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Sifat mengembang dan mengerut adalah masuk atau keluarnya air ke atau dari antara lempeng – lempeng liat kristal tipe 2 : 1 meneybabkan terlihatnya sifat mengembang dalam keadaan basa dan mengerut dalam keadaan kering. Pengembangan terjadu karena beberapa sebab, sebagian pengembangan terjadi karena penetrasi air kedalam lapisan kristal liat yang menyebabkan pengembangan pada kristal. Akan tetapi sebagian besar terjadi karena tertariknya air kedalam koloid- koloid dan ion-ion yang teradsorbsi pada liat dan karena udara yang tertangkap di dalam pori mikro ketika memasuki pori tanah. Retakan – retakan tanah dapat memperbaiki aerasi tanah pada bagian dalam. Namun, retakan- retakan yang terlalu lebar dapat menyebabkan putusnya akar – akar tanaman. Pengembangan dan pengerutan yang tidak sama dapat menyebabkan retakan pondasi gedung – gedung sedangakan jalanan yang diperkeras menjadi bergelombang.
            Pengembangan tanah adalah penjenuhan air sehingga menutupi celah – celah retakan tanah yang diakibatkan oleh pengerutan. Tanah yang mengandung mineral liat smectit memperlihatkan sifat mengembang dan mengerut. Kation – kation dan molekul – molekul air sudah masuk antara unit Kristal mineral sehingga mineral akan mengembanga saat basa dan mengerut saat kering, karena banyaknya air yang hilang pada tanah tersebut. Sifat mengembang dan mengerut tanah disebabkan karena kandungan mineral liat montmorilonit yang tinggi. Oleh sebab itu, para ahli bangunan sangat berhati-hati. Kalau tanah banyak mengandung mineral liat tipe montmorilonit, mereka akan berani mendirikan bangunan atau jalan. Kalau terpaksa harus mendidirikan bangunan atau jalan, maka lapisan atas tanah dikupas atau dibuang, diganti dengan tanah dari tempat lain dari tempat lain yang tidak mengandung montmirilonit.   
            Berdasarkan uraian diatas, maka perlu melaksanakan praktikum mengembang dan mengerut untuk mengetahui presentase pengerutan dan pengembangan tanah sehingga diperoleh teknik pengolahan tanah yang efektif.


I.2. Tujuan dan Kegunaan
Praktikum ini bertujuan  untuk mendemonstrasikan sifat mengembang dan mengerut tanah, mengukur besarnya pengembangan dan pengerutan berdasarkan koefisien pengembangan linier (coefficient of linear extensibility – COLE).


II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Proses mengembang dan mengerut tanah
Menurut Hardjowigeno (2003), Sifat mengembang dan mengerut tanah terjadi karena kandungan liat monmorilonit yang tinggi. Tanah mengembang pada saat basah dan tanah mengerut pada saat kering. Akibatnya pada saat musim kering tanah menjadi pecah-pecah dan kalau basah tanah mengembang dan menjadi lengket, apabila tanahnya memiliki kandungan liat yang tinggi maka pertikel litanya akan mudah mengalami perluasan akibatnya tanah ini mengembang pada keadaan lembab dan mengerut pada keadaan kering. Tanah mempunyai sifat mengembang (bila basah) dan mengerut (bila kering). Akibatnya pada musim hujan karena tanah basah maka tanah mudah mengembang dan pada musim kemarau / kering karena tanah mengerut, maka tanah menjadi pecah-pecah. Besarnya pengembangan dan pengerutan dinyatakan dengan COLE (Coefficient of Linier Extensibility) atau PVC (Potencial Volume Change). Mineral liat silikat mempunyai struktur berlapis-lapis. Berdasarkan atas banyaknya lapisan ini, maka tanah mempunyai beberapa tipe yaitu tipe1 : 1 dan  2 : 1 serta  2 : 2. Antara lapisan-lapisan ini terdapat ruang atau kisi-kisi tempat keluar masuk air dan udara menyebabkan tanah mengembang jika basah dan mengerut bila kering. Besarnya pengembangan dan pengerutan tanah dinyatakan dengan COLE dan PVC. Istilah COLE banyak digunakan dalam bidang ilmu tanah (Pedologi) sedang PVC digunakan dalam bidang Engneering (pembuatanjalan, gedung-gedung, dan sebagainya.
Sifat mengembang dan mengerut disebabkan oleh kandungan air relative, terutama yang berada diantara satuan-satuan structural misel. Jika kisi hablur lempung mengembangkan terjadi pengerutan pada waktu terjadi pembasahan oleh air. Setelah mengalami kekeringan sesuatu tanah yang cukup lama akan mengalami retak yang cukup dalam, sehingga hujan pertama mudah masuk kedalam tanah (Buckman, 1982).
Sifat mengembang dan mengerut disebabkan oleh kandungan air relatif, terutama yang berda diantara satuan–satuan struktural misel. Jika kisi hablur lempung mengembang akan terjadi pengerutan pada waktu terjadi pembahasan oleh air. Setelah mengalami kekeringan, suatu tanah yang cukup lama akan mengalami retak yang cukup dalam, sehingga hujan pertama mudah masuk ke dalam tanah (Buckman and Brady, 1982).
Pengerutan biasanya terjadi pada musim kemarau atau musim kering. Pengerutan adalah keadaan dimana tanah mengalami retakan–retakan, yang disebabkan oleh karena ruang atau pori tanah tersebut tidak terisi oleh air yang cukup. Pengerutan pada tanah akan mengakibatkan terjadinya pematahan pada akar tanaman (Hardjowigeno, 2003).
Antara pengembangan dan pengerutan, kohesi dan plastis berhubungan erat satu sama lain. Ciri–ciri ini tergantung tidak hanya pada campuran lempung dalam tanah, tetapi juga sifat dan jumlah humus yang terdapat bersama koloid organik (Buckman and Brady, 1982).
2.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi mengembang dan mengerut
Adapun faktor- faktor yang mempengaruhi sifat mengembang dan mengerut pada tanah adalah kadar air dalam tanah, luas ruang atau pori tanah serta kandungan mineral liat. Ketiga faktor ini sangat berpengaruh disebabkan karena apabila kadar air dalam tanah tinggi maka pori atau ruang dalam tanah akan banyak terisi oleh air, sehingga terjadi pengembangan pada tanah.begitu juga sebaliknya. Kandungan liat juga sangat berpengaruh disebabkan karena permukaan liat yang besar dan dapat menyerap banyak air sehingga tanah yang memiliki kadar liat yang tinggi sangat mudah terjadi pengembangan begitu pula sebaliknya. (Munir,1996).
Sifat mengembang dan mengerut tanah disebabkan oleh kandungan liat mentrollnit yang tinggi. Tanah mengembang pada saat basah dan tanah mengerut pada saat kering. Akibatnya pada saat musim kering tanah menjadi pecah-pecahkalau basah tanah mengembang dan menjadi lengket (Hardjowigeno,1998 ). Apabila tanahnya memiliki kandungan liat yang tinggi maka pertikel liatnya akan mudah mengalami perluasan akibatnya tanah ini mengembang pada keaadan lembab dan mengerut pada keadaan kering (Hardjowigeno,1998 ). 
Pada saat kering tanah mengalami pelebaran serta dalam keretakannya bisa mencapai pada lapisan kedua.sifat mengembang ditandai dengan terisinya semua ruang pori-pori tanah baik makro maupun mikro oleh molekul-molekul air dan gejala ini terjadi ketika tanah dalam keadaan basah. Sedang sifat mengerut tanah terjadi ketika tanah dalam keadaan kering setelah basah yang ditandai dengan semakin mengecilnya pori-pori tanah pada waktu mengerut (Buckman, 1994).
2.3 Hubungan mengembang dan mengerut dengan kadar air
Penyusutan tanah terjadi karena adanya penurunan kadar air akibat evaporasipada musim kering dan pengembangan terjadi karena adanya penambahan kadar air akibat musim hujan. Peristiwa itu akan berlangsung sepanjang tahun seiring denganadanya perubahan musim. Untuk menanggulangi peristiwa kembang susut tersebut dapatdilakukan dengan mengubah gradasi butir tanah atau menjaga kadar air dalam tanah tidak mengalami perubahan (Buckman 1994).
          Hubungan Mengembang dan mengerut dengan kadar air yaitu apabila kadar air dalam tanah tinggi maka pori atau ruang dalam tanah akan banyak terisi oleh air sehinggat erjadi pengembangan pada tanah begitu juga sebaliknya.
Kandungan liat juga sangat berpengaruh disebabkan karena permukaan liat yang besar dan dapat menyerap banyak air sehingga tanah yang memiliki kadar liat yang tinggi sangat mudah terjadi pengembangan begitu pula sebaliknya (Foth, 1994).
          Tanah yang mempunyai kemampuan mengembang dan mengerut paling tinggi disebabkan oleh kandungan liat, maka permeabilitasnya semakin lambat. Hal ini menyebabkan tanah mempunyai retakan-retakan yang banyak. Air yang mengalir melalui retakan-retakan menyebabkan perkolasi makin tinggi. Hal inilah yang menyebabkan pengukuran kecepatan air perkolasi di musim kering sering menghasilkan kesalahan-kesalahan (Buckman, 1994).


III. METODE PENELITIAN

3.1. Waktu dan Tempat
Praktikum sifat mengembang dan mengerut ini dilaksanakan pada hari Kamis tanggal 26November 2015 pukul 11.00-12.00 WITAdi Laboratorium Fisika Tanah Jurusan Ilmu Tanah Fakultas Pertanian, Universitas Hasanuddin, Makassar.
3.2.  Alat Dan Bahan
Alat-alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah timbangan, tabung reaksi, cawan Petridis, gelas ukur, mistar dan oven. Sedangkan bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah sampel tanah, air, dan tissue.
3.3.  Prosedur Kerja
1. Siapkan COLE device yang bagian dalamnya telah diolesi gemuk.
2. Lumatkan (remold) secara merata sekitar 300 gram (atau secukupnya).
3. Masing-masing sampel tanah kering udara yang telah disiapkan hingga tanah berbentuk pasta ( sekitar liquid limit stage atau batas cair ) yang halus tanpa agregat.
4. Masukkan pasta tanah ini ke dalam COLE device dengan menggunakan spatula.
5. Setelah tanah memenuhi COLE device, ukur panjang awal tanah dengan menggunakan mistar ukuran 30 cm  ( untuk mengetahui panjang awalnya) dan catat.
6. Kemudian biarkan tanah mengering di dalam ruangan (jangan dimasukkan ke dalam oven).
7. Keringkan tanah selama 1 minggu atau sekitar 3 hari.
6. Setelah itu ukur lagi panjang akhir  tanah dengan menggunakan mistar ukuran 30 cm dan catat dalam lembar data.



7. Hitunglah COLE dengan rumus :
                                                COLE = 100  x (  Ia – If ) / Ia
                                                                 (13 – 1)
     Keterangan :
     Ia    : panjang awal ( dengan panjang COLE device bagian dalam )
     If    : panjang akhir ( mm )
     COLE  dinyatakan dalam satuan %
  
IV.  HASIL DAN PEMBAHASAN
4. 1 Hasil
Berdasarkan hasil pengamatan dari pengembangan dan pengerutan :
Lapisan Tanah
Ia (Panjang Awal)
If (Panjang Akhir)
COLE
Lapisan 1
21 cm
18,6  cm
11,42%
Lapisan 2
21 cm
18,6 cm
11,42 %
Lapisan 3
21,4 cm
19 cm
11,21%
Sumber data primer yang telah diolah
4.2. Pembahasan
Berdasarkan hasil pengamatan yang telah kami lakukan, didapatkan hasil pada lapisan I yaitu panjang awal atau Ia sebesar 21 cm sedangkan If atau panjang akhir sebesar 18,6 cm dengan harga COLE 11,42 % , hal ini disebabkan karena tanah ini merupakan tanah bagian atas, yang mengalami pencucian pada musim hujan sedangkan pada musim kemarau, hasil pencuciannya akan mengendap pada tanah lapisan bawah sehingga sangat mempengaruhi tekstur pengembangan dari tanah tersebut. Hal ini sesuai dengan pernyataan dari Hardjowigeno (2003) bahwa liat pada tanah inceptisol  mengalami penumpukan pada lapisan bawahnya, hal ini disebabkan karena terjadi intensitas pencucian yang sangat besar pada musim hujan sehingga seluruh partikel liat akan dialirkan ke lapisan bawahnya. Dan akhirnya partikel liat hasil pencucian tersebut mengalami pengendapan pada lapisan bawah pada musim kemarau karena tidak ada lagi air yang cukup untuk mengalirkannya hingga batuan induk.
            Lapisan 2 memiliki persantase pengembangan tanah hamper sama dengan lapisan satu sebesar 11,42 % ,  dan terakhir untuk lapisan 3 dengan nilai Ia = 21,4  cm dan If = 19 cm dengan persentase pengembangan sebesar 11,21 %. Persentase pengembangan lapisan 3 lebih rendah daripada lapisan 1 dan lapisan 2 yang menunjukkan bahwa ruang pori untuk menyimpan air pada lapisan 3 lebih banyak daripada lapisan 1 dan 2 sehingga akan lebih mengembang,hal ini disebabkan karena adanya perubahan mendadak yang terjadi pada kandungan air yang terdapat didalam tanah, air yang terkandung dalam ruang tanah atau pori-pori tanah telah berkurang sehingga kepadatan tanahnya juga berkurang yang nantinya akan menyebabkan pelebaran pada ruang atau pori-pori tanah. Pengerutan terjadi pada waktu terjadinya pembebasan air, setelah mengalami kekeringan suatu tanah yang cukup lama akan mengalami retak yang cukupdalam. Dan juga, karena tanah inseptisol memiliki kandungan liat yang tinggi sehingga apabila terjadi kekeringan pada tanah, dengan mudah tanah akan mengerut atau retak (Hardjowigeno, 2003).



V.PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Sifat mengembang dan mengerut tanah terjadi karena kandungan liat monmorilonit yang tinggi. Tanah mengembang pada saat basah dan tanah mengerut pada saat kering. Persentase pengembangan tanah pada lapisan pertama sebesar 20 %, sedangkan pada lapisan kedua sebesar 11,42 %.Persentase pengerutan pada lapisan kedua sebesar 11,42 %, sedang pada lapisan ketiga sebesar 11,21 %. Sifat mengembang dan mengerut disebabkan oleh kandungan air relatif, terutama yang berada di satuan-satuan structural misel.
5.2 Saran
Dalam praktikum sifat mengembang dan mengerut selanjutnya untuk menghindari kesalahan data hendaknya harus melakukan percobaan sesuai dengan prosedur- prosedur agar hasil yang didapatkan pada akhirnya adalah data yang akurat. Dalam pengolahan lahan-lahan pertanian sebaiknya diperhatikan tingkat pengembangan dan pengerutan suatu tanah, karena hal tersebut akan mempengaruhi kualitas suatu lahan sebagai media tumbuhtanaman.

  
DAFTAR PUSTAKA
Buckman dan Brady, 1982. Ilmu Tanah. Bharata Karya Aksara. Jakarta. Diakses tanggal 11 Maret 2012.
Hardjowigeno.  S., 2003. Ilmu TanahPenerbitAkademikaPressindo : Jakarta. Tanggal 12 Februari 2012
Hardjowigeno. S., 2007. Ilmu Tanah. Penerbit Akademika Pressindo : Jakarta. Diakses tanggal 13 Januari 2012 pukul 12.00 WITA.
            Hakim, Dkk 1986. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Universitas Lampung, Lampung. Tanggal 23 Juni 2013 pukul 03.00 WITA.




LAMPIRAN
1.      COLE = 100  x (  Ia – If ) / Ia
COLE = 100  x (  21 – 18,6 ) / 21
            =100   x ( 2,4) / 21
            =100   x 0,1142
            =11,42 %
2.      COLE = 100  x (  Ia – If ) / Ia
COLE = 100  x (  21 – 18,6 ) / 21
            =100   x ( 2,4) / 21
            =100   x 0,1142
            =11,42 %
3.      COLE = 100  x (  Ia – If ) / Ia
COLE = 100  x (  21,4 – 19 ) / 21,4
            =100   x ( 2,4) / 21,4
            =100   x 0,1121
            = 11,21%


Tidak ada komentar:

Posting Komentar