Rabu, 26 Juni 2019

Laporsan Praktikum Kemasaman Tanah


Laporan Praktikum
Dasar-Dasar Ilmu Tanah


KEMASAMAN TANAH




OLEH:

NAMA            : NUR HIJRAH
NIM                : G11115076
KELOMPOK : 8 (DELAPAN)
ASISTEN       : RIRIN DYAH RAHAYU


PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2015

I. PENDAHULUAN
1.1.    Latar Belakang
Komponen kimia tanah sangat berperan dalam menentukan sifat dan ciri tanah pada umumnya dan kesuburan tanah pada khususnya. Uraian kimia tanah banyak menjelaskan tentang reaksi-reaksi kimia yang menyangkut masalah-masalah ketersediaan unsur hara bagi tumbuhan.
Kemasaman tanah adalah sifat tanah yang perlu diketahui, sebab menunjukkan adanya hubungan pH dengan ketersediaan unsur hara dan juga hubungna antara pH dengan sifat-sifat tanah. Terdapatnya beberapa hubungan komponen dalam tanah mempengaruhi konsentrasi H+ dalam tanah, dimana keadaannya dipersulit oleh bahan-bahan tanah yang lain.
Reaksi tanah menunjukkan sifat kemasaman atau alkalinitas tanah yang dinyatakan dengan pH menunjukkan bahwa banyaknya konsentrasi ion hydrogen (H+) didalam tanah. Makin tinggi kadar ion H+ didalam tanah maka semakin masam tanah tersebut sedangkan jika didalam tanah ditemukan ion OH- yang jumlahnya berbanding terbalik dengan banyaknya H+ maka tanah tersebut tergolong alkalis (OH- lebih banyak daripada H+).
Tanah masam terjadi akibat tingkat pelapukan yanag lanjut dan curah hujan yang tinggi serta akibat bahan induknyang masam pada tanah podsolik yang banayak terdapat di Indonesia, mempunyai aspek kesuburan keracunan ion-ion terutanma keracunan H+.
Pentingnya pH adalah untuk menentukan mudah tidaknya unsur-unsur hara diserap tanaman. Pada tanaman yang sekitar pH netral, disebakan karena pH tersebut kebanyakan unsur hara larut dalam air. Ditinjau dari berbagai segi, tanah yang mempunyai pH antara 6-7 merupakan pH yang terbaik (netral), pada pH dibawah 7 merupakan tanah yang masam sehingga unsur P tidak dapat diserap tanaman karena diikat (difiksasi) oleh Al sedangkan pada tanah alkalis pHnya berkisar antara 8-14 sehingga unsur P juga tidak dapat diserap oleh tanaman karena difikasi atau diikat oleh Ca. Penanggullangan tanah yang terlalu masam dapat dinaikkan dengan menambah kapur pada tanah itu, sedangkan tanah yang terlalu alkalis dapat diturunkan pHnya dengan cara penambahan belerang.
 Berdasarkan uraian diatas, maka perlu mengetahui gambaran mengenai tanah yang baik untuk pertumbuhan tanaman, maka diperlukan pengetahuan tentang pH suatu tanah.

1.2.    Tujuan dan Kegunaan
Tujuan dilaksanakan praktikum kemasaman tanah adalah :
1). Memahami bagaimana pengukuran pH tanah dilakukan.                         
2). Memahami pentingnya pH tanah sebagai indikator sifat kimia tanah yang berbeda, petunjuk perbedaan horizon pada suatu tanah
3). Sebagai bahan diskusi terkait sifat – sifat tanah yang indikatif.
Sedangkan kegunaan praktikum pH tanah adalah sebagai bahan informasi untuk mengetahui nilai pH pada setiap lapisan tanah dan juga bagaimana mengatasi tanah yang memiliki pH rendah dan pH tinggi.

  
II.  TINJAUAN PUSTAKA
2.1.      Reaksi Tanah
Reaksi tanah secara umum dinyatakan dengan pH tanah. Kemasaman tanah bersumber dari bahan organic dan anorganik serta H+ dan Al3+ dapat tukar pada misel tanah. Seddangkan tanah alkalis dapt bersumber dari hasil hidroksi dari ion dapat tukar atau garam-garam katalis (Hakim dkk, 1986)
Reaksi yang penting adalah masam, netral dan alkalis. Pernyataan ini dinyatakan pada jumlah ion H+ dan OH- dalam larutan tanah. Bila dalam tanah ditemukan lebih banyak ion OH- maka tanah itu basa dan bila tanah H+ maka tanah itu asam. Untuk menyeragamkan pengertian sifat reaksi tanah tersebut dinilai berdasarkan konsentrasi ion H+ dan dinyatakan dengan pH. Salah satu sifat kimia tanah yang penting adalah reaksi atau pH tanah. Reaksi atau pH tanah menunjukkan konsentrasi ion H+ didalam larutan tanah. Nilai pH didefinisikan sebagai negatif konsentrasi ion H+ dalam larutan.  Dengan kata lain, pH tanah = - log  [H] tanah. Bila konsentrasi ion H+ bertambah maka pH turun, sebaliknya bila konsentrasi ion OH- bertambah pH naik. Distribusi ion H+ dalam tanah tidak homogen. Ion H+ lebih banyak dijerap daripada ion OH-, maka ion H+ lebih pekat di dekat permukaan koloid, sedangkan OH- sebaliknya. Dengan demikian pH yang lebih rendah terdapat di dekat koloid daripada tempat yang jauh dari koloid (Hakim, dkk. 1996).
Pentingnya pH tanah adalah menentukan mudah tidaknya unsur-unsur hara diserap tanaman, menunjukkan kemungkinan adanya unsur-unsur beracun, dan mempengaruhi perkembangan mikro organisme. Tanah yang terlalu masam dapat dinaikkan pH-nya dengan menambahkan zat kapur ke dalam tanah, sedang tanah yang terlalu alkalis atau basa dapat diturunkan pH-nya dengan penambahan belerang  (Hardjowigeno, 2003).  
Larutan mempunyai pH 7 disebut netral, lebih kecil dari 7 masam, dan lebih besar dari 7 basa atau alkalis. Pada keadaan netral konsentrasi ion H+ sama besar dengan konsentrasi ion OH- dan pada keadaan alkalis sebaliknya. Reaksi tanah menunjukkan tentang keadaan atau status kimia tanah. Status kimia tanah mempengaruhi proses-proses biologik, seperti pertumbuhan tanaman. Reaksi atau pH yang ekstrim menunjukkan keadaan kimia tanah yang dapat mengganggu proses biologik. Kelas kemasaman tanah ada 6 macam, yaitu < 4,5 sangat masam, 4,5 - 5,5 masam, 5,6 - 6,5 agak masam, 6,6 - 7,5 netral, 7,6 - 8,5 agak alkalis, dan < 8,5 alkalis (Pairunan, dkk. 1997).

2.2 faktor – faktor yang mempengaruhi reaksi tanah.
pH tanah adalah logaritma dari konsentrasi ion H+ di dalam tanah, hal ini dapat dilihat pada persamaan berikut : pH = - log H+. dilihat dari pH nya lebih besar dari tanah mempunyai tiga sifat yaitu bersifat basah jika pH nya lebih besar, bersifat netral jika pH nya antara 6-7 serta jika pH dibawah 7 maka tanah akan dikatakan bersifat asam (pairunan dkk,1997)
Faktor-faktor yang mempengaruhi pH tanah adalah kejenuhan basa, sifat misel, dan macam kation yang terserap. Didaerah basah pencucian dengan mudah melenyapkan Na karena daya ikatannya pada tanah pertukaran tidak kuat. Adanya pengaruh garam-garam terlarut didalam tanah yang mengendap secara alami di dalam tanah didaerah-daerah yang tanahnya kering, atau sebagai akibat penambahan irigasi (Hardjowigeno, 2003).
Kejenuhan basa adalah perbandingan antara kation basa dengan jumlah kation yang dapat dipertukarkan pada koloid tanah. Kejenuhan basa juga mencerminkan perbandingan kation basa dengan kation hidrogen dana aluminium. Berarti semakin kecil kejenuhan basah, semakin masam pula reaksi tanah tersebut aau Ph- nya semakin rendah. Kejenuhan basa 100% mencerm8nkan pH tanah yang netral, kurang dari itu mebgarah ke pH tanah masam, sedangkan lebih dari itu mengarah ke basa (Hakim 1986).
Tekstur tanah berpengaruh terhadap mudah tidaknya pH dapt diubah. Tanah liat lebih sukar dinetralkan dari pada tanah pasir karena memiliki lebih banyak luas permuaan untuk diabsorbsi, memegang dan mensuplai ion- ion hidrogen didalam tanah (Hakim, 1986).  
Kemasaman tanah merupakan salah satu sifat yang penting. Sebab terdapat hubungan pH dengan ketersediaan unsur hara, juga terdapat beberapa hubungan antara pH dan semua pembentukan serta sifat-sifat tanah. Pada umumnya pH tanah ditentukan oleh : 1. Pencampuran satu bagian tanah dengan dua bagian air suling (bahan lain yang sesuai seperti larutan garam netral), 2. Campurkanlah mereka untuk mendapatkan tanah dan air sampai mendekati kesetimbangan, dan kemudian, 3. Ukurlah pH suspensi air tanah. Tedapat beberapa komponen dalam tanah yang mempengaruhi konsentrasi H+ larutan tanah. Keadaan dipersukar oleh bahan-bahan tanah besar perubahannya diantaranya interaksi. Bagian ini dimulai dengan suatu pH tertentu dan faktor – faktor yang mengendalikan pH pada sebagian besar tanah, yang umumnya berkisar 4 – 10, pH kurang dari 4, biasanya dikaitkan dengan hadirnya asam kuat seperti asam sulfat (Foth.H.D, 1999)
Faktor-faktor lain yang kadangkala mempengaruhi pH tanah terutama didaerah industri, antara lain adalah sulfur yang merupakan hasil sampingan dari industri gas, yang jika bereaksi dengan air akan menghasilkan asam sulfur, dan asam nitrit yang secara alami merupakan komponen renik dari air hujan. Hujan asam juga terjadi sebagai akibat meningkatnya penggunaan dan pembakaran fosil-fosil padat yang menimbulkan gas-gas sulfur dan nitrogen, yang kemudian bereaksi dengan air hujan (Hanafiah K. A, 2004).
2.3  Hubungan reaksi tanah dengan kesuburan tanah
Pentingnya pH tanah adalah menentukan mudah tidaknya unsur-unsur hara diserap tanaman, menunjukkan kemungkinan adanya unsur-unsur beracun, dan mempengaruhi perkembangan mikro organisme. Tanah yang terlalu masam dapat dinaikkan pH-nya dengan menambahkan zat kapur ke dalam tanah, sedang tanah yang terlalu alkalis dapat diturunkan pH-nya dengan penambahan belerang  (Hardjowigeno, 2003).
Komponen kimia tanah sangat berperan dalam menentukan sifat dan ciri tanah pada umumnya dan kesuburan tanah pada khususnya. Uraian kimia tanah banyak menjelaskan tentang reaksi-reaksi kimia yang menyangkut masalah-masalah ketersediaan unsur hara bagi tanaman. Hal-hal yang banyak berkaitan dengan masalah tersebut di atas adalah penyerapan dan pertukaran kation, sifat dari tanah, reaksi tanah, dan pengelolaannya (Foth, 1994). 
Reaksi tanah atau pH tanah dapat memberikan petunjuk beberapa sifat tanah. Makin tinggi pH makin banyak basa-basa terdapat dalam tanah. Tanah-tanah yang terus menerus tercuci oleh air hujan cenderung mempunyai pH yang rendah dan miskin basa-basa. Pada tanah masam, aktivitas (kelarutan) Al mungkin tinggi dan dapat meracuni tanaman, sedangkan pada tanah-tanah yang mempunyai pH tinggi unsur-unsur tertentu mungkin kurang tersedia untuk tanaman karena mengendap. Reaksi tanah mempengaruhi kegiatan mikroorganisme dalam tanah. Pada pH sekitar netral, bakteri aktif melapuk bahan organik, sedang pada tanah masam pelapukan lebih banyak dilakukan oleh cendawan. Pada pH yang terlalu rendah aktivitas memfiksasi nitrogen oleh bakteri Rhizobium tertekan. Umumnya unsur hara mudah diserap oleh akar tanaman pada keadaan pH netral karena pada pH tersebut kebanyakan unsur hara dapat larut dalam air.  Mengingat besarnya pengaruh pH terhadap pertumbuhan tanaman, maka para ahli melakukan penyelidikan guna memperoleh pengetahuan tentang pH dan bagaimana cara yang dapat dilakukan bila mengetahui keadaan suatu pH di lapangan yang cocok untuk keperluan budidaya tanaman. Pertumbuhan tanaman juga berkontribusi dalam pengasaman tanah, proses penyerapan hara utama (kalium, kalsium dan magnesium) disertai pertukaran dengan ion hidrogen sehingga menyebabkan terjadinya pengasaman tanah. Jenis Tanaman tertentu juga mempengaruhi pengasaman tanah (Harjowigeno,2003)
PH tanah adalah salah satu dari beberapa indikator kesuburan tanah, sama dengan keracunan tanah.  Level optimum pH tanah untuk aplikasi penggunaan lahan berkisar antara 5–7,5.  tanah dengan pH rendah (acid) dan pH tinggi (alkali) membatasi pertumbuhan tanaman.  Efek pH tanah pada umumnya tidak langsung.  Di dalam kultur larutan umumnya tanaman budidaya yang dipelajari pertumbuhannya baik/sehat pada level pH 4,8 atau lebih (Bunting, 1981).
PH tanah menunjukkan banyaknya konsentrasi ion hidrogen (didalam tanah). Makin tinggi kadar ion didalam tanah, semakin masam tanah tersebut. Bila kandungan H sama dengan maka tanah bereaksi netral yaitu mempunyai pH = 7 (Hardjowigeno, 2010).
Nilai pH tanah dipengaruhi oleh sifat misel dan macam katron yang komplit antara lain kejenuhan basa, sifat misel dan macam kation yang terserap.  Semakin kecil kejenuhan basa, maka semakin masam tanah tersebut dan pH nya semakin rendah.  Sifat misel yang berbeda dalam mendisosiasikan ion H beda walau kejenuhan basanya sama dengan koloid yang mengandung Na lebih tinggi mempunyai pH yang lebih tinggi pula pada kejenuhan basa yang sama (Pairunan,dkk, 1985).
III.  METODE PERCOBAAN
3.1 Tempat dan Waktu
Praktikum kemasaman tanah dilaksanakan di Laboratorium Kimia Tanah,Jurusan Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Hasanuddin, Makassar. Pada hari  Rabu, 28 Oktober 2015, pukul 11.15 WITA sampai selesai
3.2 Alat dan Bahan
Alat-alat yang digunakan pada praktikum reaksi tanah yaitu pH meter, timbangan, tempat roll, Stopwatch, mesin pengocok, dan tabung reaksi. Adapun bahan yang digunakan pada praktikum yaitu sampel tanah Alfisol, tanah Oxisol, tanah Inceptisol Aluvial, Larutan KCl 1N atau pH CaCl 0,01M dan aquadest.
3.3 Prosedur Kerja
Prosedur kerja dari praktikum reaksi tanah adalah sebagai berikut :
1.      Mengambil sampel tanah terngganggu lapisan 1 sebanyak 5 gram ( ditimbang menggunakan timbangan digital.
2.      Memasukkan sampel tanah ini ke dalam gelas vial yang telah disiapkan dan diberi label.
3.      Menambahkan 12,5 ml air suling (aquadest) dengan pH7 (dengan perbandingan antara tanah dan air dalam suspense tanah adalah 1 : 2,5)
4.      Mengocok tanah sampel tersebut dengan spatula selama sekitar dua menit (sampai suspensi tanah terbentuk homogen)
5.      Membilas probe (elektroda) dari pH meter yang tersedia dengan aquades lalu masukkan ke dalam suspensi tanah yang ada dalam vial
6.      Membaca pH meter dan catat nilai bacaannya setalah itu keluarkan elektroda lalu bilas dengan air.





IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan pada tanah dalam I, II, III dan tanah dangkal I, II pada tanah alfisol, maka diperoleh hasil sebagai berikut :                                                                                                             
Tabel 5. Hasil Pengamatan Nilai pH Tanah dalam lapisan I , II, III
Jenis Tanah
Nilai pH ( dalam H2O, 1 : 2,5 )
pH meter
pH Indikator
Lapisan 1
Lapisan 2
Lapisan 3
5,05
7,05
5,03
5
5
4
Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2015.

4.2 Pembahasan
Berdasarkan hasil pengamatan yang diperoleh pada saat praktikum, tanah dalam lapisan I diperoleh pH tanah dengan menggunakan pH meter 5,05 dan pH indicator 5, dengan kriteria tanah agak masam, Hal ini sesuai dengan perdapat Hanafiah (2008) bahwa tanah sering menjadi masam jika di tanami atau untuk aktifitas pertanian, sebab basa basa akan hilang (ikut terpanen).
Pada lapisan II pH tanahnya dengan menggunakan pH meter sebesar 7,05 dengan kriteria netral dan jika menggunakan pH indicator sebesar 5 dengan kriteria tanah agak masam sedangkan pada lapisan III pH tanahnya jika diukur menggunakan pH meter sebesar 5,03 dan jika menggunakan pH meter sebesar 4, dengan kriteria tanah masam. Dari tiga lapisan tersebut pH tanahnya bersifat sangat masam, kemasaman tanah disebabkan oleh bahan organik yang terdapat dalam tanah tersebut sehingga daya ikat sangat besar. dan dari data tersebut kita dapat mengetahui bahwa tanah lapisan ketiga bersifat asam. Hasil yang terdapat pada percobaan kerdua dan ketiga sesuai dengan pendapat Hanafiah (2008) yang mengatakan bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi keasaman tanah adalah kedalaman tanah dimana pada lahan dengan curah hujan tinggi, umumnya kemasaman meningkat sesuai dengan kedalaman lapisan tanah, sehingga kehilangan topsoil oleh erosi dapat menyebabkan lapisan olah tanah menjadi lebih masam. Selain itu, juga sesuai pendapat Hardjowigeno (1985) yang menyatakan bahwa kemasaman tanah sangat dipengaruhi oleh bahan organik.
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan ditunjukkan bahwa pH suatu tanah berbeda-beda menurut perbandingan tanah dan airnya, hal ini sesuai dengan pendapat Harjowigeno (1987) yang menyatakan bahwa pemberian air yang berbeda-beda pada suatu jenis tanah akan memberikan pengaruh yang besar terhadap nilai pH tanah. Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kemasaman tanah yaitu pencucian basa-basa, kejenuhan basa, sifat misel, dan macam kation yang terserap. mineralisasi atau dekomposisi bahan organik, respirasi akar yang menghasilkan CO2 dan pemberian pupuk yang bereaksi masam dalam tanah.




V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1.  Kesimpulan
            Berdasarkan hasil dan pembahasan praktikum, maka dapat diperoleh kesimpulan bahwa:
1.      Reaksi tanah (pH) pada setiap lapisan tanah itu berbeda - beda.
2.      Lapisan I memiliki pH 7,07 dipengaruhi oleh banyaknya bahan organik pada setiap lapisan tanah.
3.      Faktor-faktor yang mempengaruhi pH tanah adalah kejenuhan basa, sifat misel, dan macam kation yang terserap.
5.2.  Saran
Agar praktikum selanjutnya kita dapat meneliti semua lapisan dari lapisan I, II, dan III. Karena jika hanya satu lapisan yang diteliti kita tidak dapat membandingkan pH dari setiap lapisan tanah yang diamati.


DAFTAR PUSTAKA

Foth, H.D. 1994. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Gadja Mada University Press,Yogyakarta.
Hakim, Nurhayati, M. Yusuf Nyapka, A.M. Lubis, S.G. Nugroho, M.R. Saul,
M.A. Diha, G.B.Hong, H.H. Bailey, 1996. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Universitas Lampung, Lampung.
Hanafiah, Ali Kemas.  2008.  Dasar-dasar Ilmu Tanah.  Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Hardjowigeno. S, 2003. Ilmu Tanah. Penerbit Akademika Pressindo, Jakarta.
Pairunan A.K, .L. Nanere, Arifin, Solo S.R. Samosir, R. Tangkaisari, J. L.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar