Laporan Praktikum
Dasar-Dasar Ilmu Tanah
KEMASAMAN TANAH
OLEH:
NAMA : NUR HIJRAH
NIM : G11115076
KELOMPOK : 8 (DELAPAN)
ASISTEN : RIRIN DYAH RAHAYU
PROGRAM
STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS
PERTANIAN
UNIVERSITAS
HASANUDDIN
MAKASSAR
2015
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Komponen
kimia tanah sangat berperan dalam menentukan sifat dan ciri tanah pada umumnya
dan kesuburan tanah pada khususnya. Uraian kimia tanah banyak menjelaskan
tentang reaksi-reaksi kimia yang menyangkut masalah-masalah ketersediaan unsur
hara bagi tumbuhan.
Kemasaman tanah
adalah sifat tanah yang perlu diketahui, sebab menunjukkan adanya hubungan pH
dengan ketersediaan unsur hara dan juga hubungna antara pH dengan sifat-sifat
tanah. Terdapatnya beberapa hubungan komponen dalam tanah mempengaruhi
konsentrasi H+ dalam tanah, dimana keadaannya dipersulit oleh
bahan-bahan tanah yang lain.
Reaksi tanah
menunjukkan sifat kemasaman atau alkalinitas tanah yang dinyatakan dengan pH
menunjukkan bahwa banyaknya konsentrasi ion hydrogen (H+) didalam
tanah. Makin tinggi kadar ion H+ didalam tanah maka semakin masam
tanah tersebut sedangkan jika didalam tanah ditemukan ion OH- yang
jumlahnya berbanding terbalik dengan banyaknya H+ maka tanah
tersebut tergolong alkalis (OH- lebih banyak daripada H+).
Tanah masam
terjadi akibat tingkat pelapukan yanag lanjut dan curah hujan yang tinggi serta
akibat bahan induknyang masam pada tanah podsolik yang banayak terdapat di
Indonesia, mempunyai aspek kesuburan keracunan ion-ion terutanma keracunan H+.
Pentingnya pH
adalah untuk menentukan mudah tidaknya unsur-unsur hara diserap tanaman. Pada
tanaman yang sekitar pH netral, disebakan karena pH tersebut kebanyakan unsur
hara larut dalam air. Ditinjau dari berbagai segi, tanah yang mempunyai pH
antara 6-7 merupakan pH yang terbaik (netral), pada pH dibawah 7 merupakan
tanah yang masam sehingga unsur P tidak dapat diserap tanaman karena diikat
(difiksasi) oleh Al sedangkan pada tanah alkalis pHnya berkisar antara 8-14
sehingga unsur P juga tidak dapat diserap oleh tanaman karena difikasi atau
diikat oleh Ca. Penanggullangan
tanah yang terlalu masam dapat dinaikkan dengan menambah kapur pada tanah itu,
sedangkan tanah yang
terlalu alkalis dapat diturunkan pHnya dengan cara penambahan belerang.
Berdasarkan uraian diatas, maka perlu
mengetahui gambaran mengenai tanah yang baik untuk pertumbuhan tanaman, maka
diperlukan pengetahuan tentang pH suatu tanah.
1.2.
Tujuan dan
Kegunaan
Tujuan
dilaksanakan praktikum kemasaman tanah adalah :
1). Memahami
bagaimana pengukuran pH tanah dilakukan.
2). Memahami pentingnya pH tanah sebagai indikator
sifat kimia tanah yang berbeda, petunjuk perbedaan horizon pada suatu tanah
3). Sebagai
bahan diskusi terkait sifat – sifat tanah yang indikatif.
Sedangkan kegunaan
praktikum pH tanah adalah sebagai bahan informasi untuk mengetahui nilai pH
pada setiap lapisan tanah dan juga bagaimana mengatasi tanah yang memiliki pH
rendah dan pH tinggi.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
Reaksi Tanah
Reaksi tanah secara umum dinyatakan dengan pH tanah.
Kemasaman tanah bersumber dari bahan organic dan anorganik serta H+ dan
Al3+ dapat tukar pada misel tanah. Seddangkan tanah alkalis dapt
bersumber dari hasil hidroksi dari ion dapat tukar atau garam-garam katalis
(Hakim dkk, 1986)
Reaksi yang
penting adalah masam, netral dan alkalis. Pernyataan ini dinyatakan pada jumlah
ion H+ dan OH- dalam larutan tanah. Bila dalam tanah
ditemukan lebih banyak ion OH- maka tanah itu basa dan bila tanah
H+ maka tanah itu asam. Untuk menyeragamkan
pengertian sifat reaksi tanah tersebut dinilai berdasarkan konsentrasi ion H+
dan dinyatakan dengan pH. Salah satu sifat kimia tanah yang penting adalah
reaksi atau pH tanah.
Reaksi atau pH
tanah menunjukkan konsentrasi ion H+ didalam larutan tanah. Nilai pH
didefinisikan sebagai negatif konsentrasi ion H+ dalam larutan. Dengan kata lain, pH tanah = - log [H] tanah. Bila konsentrasi ion H+ bertambah maka
pH turun, sebaliknya bila konsentrasi ion OH- bertambah pH
naik. Distribusi ion H+ dalam tanah
tidak homogen. Ion H+ lebih banyak
dijerap daripada ion OH-, maka ion H+ lebih pekat di
dekat permukaan koloid, sedangkan OH- sebaliknya.
Dengan demikian pH yang lebih rendah terdapat di dekat koloid daripada tempat
yang jauh dari koloid (Hakim, dkk. 1996).
Pentingnya pH
tanah adalah menentukan mudah tidaknya unsur-unsur hara diserap tanaman,
menunjukkan kemungkinan adanya unsur-unsur beracun, dan mempengaruhi
perkembangan mikro organisme. Tanah yang terlalu masam dapat dinaikkan pH-nya
dengan menambahkan zat kapur ke dalam tanah, sedang tanah yang terlalu alkalis
atau basa dapat diturunkan pH-nya dengan penambahan belerang (Hardjowigeno, 2003).
Larutan
mempunyai pH 7 disebut netral, lebih kecil dari 7 masam, dan lebih besar dari 7
basa atau alkalis. Pada keadaan netral konsentrasi ion H+ sama besar
dengan konsentrasi ion OH- dan pada keadaan alkalis sebaliknya.
Reaksi tanah menunjukkan tentang keadaan atau status kimia tanah. Status kimia
tanah mempengaruhi proses-proses biologik, seperti pertumbuhan tanaman. Reaksi
atau pH yang ekstrim menunjukkan keadaan kimia tanah yang dapat mengganggu
proses biologik. Kelas kemasaman tanah ada 6 macam, yaitu < 4,5 sangat
masam, 4,5 - 5,5 masam, 5,6 - 6,5 agak masam, 6,6 - 7,5 netral, 7,6 - 8,5 agak
alkalis, dan < 8,5 alkalis (Pairunan, dkk. 1997).
2.2 faktor – faktor yang mempengaruhi reaksi tanah.
pH tanah adalah
logaritma dari konsentrasi ion H+ di dalam tanah, hal ini dapat dilihat pada persamaan berikut
: pH = - log H+. dilihat dari pH nya lebih besar dari tanah
mempunyai tiga sifat yaitu bersifat basah jika pH nya lebih besar, bersifat
netral jika pH nya antara 6-7 serta jika pH dibawah 7 maka tanah akan dikatakan
bersifat asam (pairunan dkk,1997)
Faktor-faktor
yang mempengaruhi pH tanah adalah kejenuhan basa, sifat misel, dan macam kation
yang terserap. Didaerah basah pencucian dengan mudah melenyapkan Na karena daya
ikatannya pada tanah pertukaran tidak kuat. Adanya pengaruh garam-garam
terlarut didalam tanah yang mengendap secara alami
di dalam tanah didaerah-daerah yang tanahnya kering, atau sebagai akibat penambahan
irigasi (Hardjowigeno, 2003).
Kejenuhan basa
adalah perbandingan antara kation basa dengan jumlah kation yang dapat
dipertukarkan pada koloid tanah. Kejenuhan basa juga mencerminkan perbandingan
kation basa dengan kation hidrogen dana aluminium. Berarti semakin kecil
kejenuhan basah, semakin masam pula reaksi tanah tersebut aau Ph- nya semakin
rendah. Kejenuhan basa 100% mencerm8nkan pH tanah yang netral, kurang dari itu
mebgarah ke pH tanah masam, sedangkan lebih dari itu mengarah ke basa (Hakim
1986).
Tekstur tanah
berpengaruh terhadap mudah tidaknya pH dapt diubah. Tanah liat lebih sukar
dinetralkan dari pada tanah pasir karena memiliki lebih banyak luas permuaan
untuk diabsorbsi, memegang dan mensuplai ion- ion hidrogen didalam tanah
(Hakim, 1986).
Kemasaman tanah
merupakan salah satu sifat yang penting. Sebab terdapat hubungan pH dengan
ketersediaan unsur hara, juga terdapat
beberapa hubungan antara pH dan semua
pembentukan serta sifat-sifat tanah. Pada umumnya pH tanah ditentukan oleh : 1.
Pencampuran satu bagian tanah dengan dua bagian air suling (bahan lain yang
sesuai seperti larutan garam netral), 2. Campurkanlah mereka untuk mendapatkan
tanah dan air sampai mendekati kesetimbangan, dan kemudian, 3. Ukurlah pH
suspensi air tanah. Tedapat beberapa komponen dalam tanah yang mempengaruhi
konsentrasi H+ larutan tanah. Keadaan dipersukar oleh bahan-bahan
tanah besar perubahannya diantaranya interaksi. Bagian ini dimulai dengan suatu
pH tertentu dan faktor – faktor yang mengendalikan pH pada sebagian besar tanah,
yang umumnya berkisar 4 – 10, pH kurang dari 4, biasanya dikaitkan dengan
hadirnya asam kuat seperti asam sulfat (Foth.H.D, 1999)
Faktor-faktor lain yang kadangkala
mempengaruhi pH tanah terutama didaerah industri, antara lain adalah sulfur
yang merupakan hasil sampingan dari industri gas, yang jika bereaksi dengan air
akan menghasilkan asam sulfur, dan asam nitrit yang secara alami merupakan
komponen renik dari air hujan. Hujan asam juga terjadi sebagai akibat
meningkatnya penggunaan dan pembakaran fosil-fosil padat yang menimbulkan
gas-gas sulfur dan nitrogen, yang kemudian bereaksi dengan air hujan (Hanafiah K. A,
2004).
2.3 Hubungan reaksi tanah dengan kesuburan tanah
Pentingnya pH
tanah adalah menentukan mudah tidaknya unsur-unsur hara diserap tanaman,
menunjukkan kemungkinan adanya unsur-unsur beracun, dan mempengaruhi
perkembangan mikro organisme. Tanah yang terlalu masam dapat dinaikkan pH-nya
dengan menambahkan zat kapur ke dalam tanah, sedang tanah yang terlalu alkalis
dapat diturunkan pH-nya dengan penambahan belerang (Hardjowigeno, 2003).
Komponen kimia
tanah sangat berperan dalam menentukan sifat dan ciri tanah pada umumnya dan
kesuburan tanah pada khususnya. Uraian kimia tanah banyak menjelaskan tentang
reaksi-reaksi kimia yang menyangkut masalah-masalah ketersediaan unsur hara
bagi tanaman. Hal-hal yang banyak berkaitan dengan masalah tersebut di atas
adalah penyerapan dan pertukaran kation, sifat dari tanah, reaksi tanah, dan
pengelolaannya (Foth, 1994).
Reaksi tanah
atau pH tanah dapat memberikan petunjuk beberapa sifat tanah. Makin tinggi pH
makin banyak basa-basa terdapat dalam tanah. Tanah-tanah yang terus menerus
tercuci oleh air hujan cenderung mempunyai pH yang rendah dan miskin basa-basa.
Pada tanah masam, aktivitas (kelarutan) Al mungkin tinggi dan dapat meracuni
tanaman, sedangkan pada tanah-tanah yang mempunyai pH tinggi unsur-unsur
tertentu mungkin kurang tersedia untuk tanaman karena mengendap. Reaksi tanah
mempengaruhi kegiatan mikroorganisme dalam tanah. Pada pH sekitar netral,
bakteri aktif melapuk bahan organik, sedang pada tanah masam pelapukan lebih
banyak dilakukan oleh cendawan. Pada pH yang terlalu rendah aktivitas
memfiksasi nitrogen oleh bakteri Rhizobium
tertekan. Umumnya
unsur hara mudah diserap oleh akar tanaman pada keadaan pH netral karena pada
pH tersebut kebanyakan unsur hara dapat larut dalam air. Mengingat besarnya pengaruh pH terhadap
pertumbuhan tanaman, maka para ahli melakukan penyelidikan guna memperoleh
pengetahuan tentang pH dan bagaimana cara yang dapat dilakukan bila mengetahui
keadaan suatu pH di lapangan yang cocok untuk keperluan budidaya tanaman. Pertumbuhan tanaman juga berkontribusi dalam pengasaman tanah, proses
penyerapan hara utama (kalium, kalsium dan magnesium) disertai pertukaran
dengan ion hidrogen sehingga menyebabkan terjadinya pengasaman tanah. Jenis
Tanaman tertentu juga mempengaruhi pengasaman tanah (Harjowigeno,2003)
PH tanah
adalah salah satu dari beberapa indikator kesuburan tanah, sama dengan
keracunan tanah. Level optimum pH tanah untuk aplikasi penggunaan lahan
berkisar antara 5–7,5. tanah dengan pH rendah (acid) dan pH tinggi
(alkali) membatasi pertumbuhan tanaman. Efek pH tanah pada umumnya tidak
langsung. Di dalam kultur larutan umumnya tanaman budidaya yang
dipelajari pertumbuhannya baik/sehat pada level pH 4,8 atau lebih (Bunting,
1981).
PH tanah
menunjukkan banyaknya konsentrasi ion hidrogen (didalam tanah). Makin tinggi
kadar ion didalam tanah, semakin masam tanah tersebut. Bila kandungan H
sama dengan maka tanah bereaksi netral yaitu mempunyai pH = 7
(Hardjowigeno, 2010).
Nilai pH
tanah dipengaruhi oleh sifat misel dan macam katron yang komplit antara lain
kejenuhan basa, sifat misel dan macam kation yang terserap. Semakin kecil
kejenuhan basa, maka semakin masam tanah tersebut dan pH nya semakin
rendah. Sifat misel yang berbeda dalam mendisosiasikan ion H beda walau
kejenuhan basanya sama dengan koloid yang mengandung Na lebih tinggi mempunyai
pH yang lebih tinggi pula pada kejenuhan basa yang sama (Pairunan,dkk, 1985).
III. METODE PERCOBAAN
3.1 Tempat dan Waktu
Praktikum kemasaman tanah dilaksanakan di Laboratorium
Kimia Tanah,
Jurusan Ilmu Tanah,
Fakultas Pertanian, Universitas Hasanuddin, Makassar. Pada hari Rabu, 28 Oktober 2015, pukul 11.15 WITA sampai
selesai

3.2 Alat dan Bahan
Alat-alat yang digunakan pada praktikum reaksi tanah
yaitu pH meter, timbangan, tempat roll, Stopwatch, mesin pengocok, dan tabung
reaksi. Adapun bahan yang digunakan pada praktikum yaitu sampel tanah
Alfisol, tanah Oxisol, tanah Inceptisol Aluvial, Larutan KCl 1N atau pH CaCl
0,01M dan aquadest.
3.3 Prosedur Kerja
Prosedur kerja dari praktikum reaksi tanah adalah sebagai
berikut :
1.
Mengambil
sampel tanah terngganggu lapisan 1 sebanyak 5 gram ( ditimbang menggunakan
timbangan digital.
2.
Memasukkan
sampel tanah ini ke dalam gelas vial yang telah disiapkan dan diberi label.
3.
Menambahkan
12,5 ml air suling (aquadest) dengan pH7 (dengan perbandingan antara tanah dan
air dalam suspense tanah adalah 1 : 2,5)
4.
Mengocok
tanah sampel tersebut dengan spatula selama sekitar dua menit (sampai suspensi
tanah terbentuk homogen)
5.
Membilas
probe (elektroda) dari pH meter yang tersedia dengan aquades lalu masukkan ke
dalam suspensi tanah yang ada dalam vial
6.
Membaca
pH meter dan catat nilai bacaannya setalah itu keluarkan elektroda lalu bilas
dengan air.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan pada tanah
dalam I, II, III dan tanah dangkal I, II pada tanah alfisol, maka diperoleh
hasil sebagai berikut :
Tabel 5. Hasil Pengamatan Nilai pH Tanah dalam lapisan I
, II, III
Jenis Tanah
|
Nilai pH ( dalam H2O, 1 : 2,5 )
|
|
pH meter
|
pH Indikator
|
|
Lapisan 1
Lapisan 2
Lapisan 3
|
5,05
7,05
5,03
|
5
5
4
|
Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2015.
4.2 Pembahasan
Berdasarkan hasil pengamatan yang
diperoleh pada saat praktikum, tanah dalam lapisan I diperoleh pH tanah dengan
menggunakan pH meter 5,05 dan pH indicator 5, dengan kriteria tanah agak masam,
Hal
ini sesuai dengan perdapat Hanafiah (2008) bahwa tanah sering menjadi masam
jika di tanami atau untuk aktifitas pertanian, sebab basa basa akan hilang
(ikut terpanen).
Pada lapisan II pH tanahnya dengan menggunakan pH meter sebesar 7,05 dengan
kriteria netral dan jika menggunakan pH indicator sebesar 5 dengan kriteria
tanah agak masam sedangkan pada lapisan III pH tanahnya jika diukur menggunakan
pH meter sebesar 5,03 dan jika menggunakan pH meter sebesar 4, dengan kriteria
tanah masam. Dari tiga lapisan tersebut pH tanahnya bersifat sangat masam,
kemasaman tanah disebabkan oleh bahan organik yang terdapat dalam tanah
tersebut sehingga daya ikat sangat besar. dan
dari data tersebut kita dapat mengetahui bahwa tanah lapisan ketiga bersifat
asam. Hasil yang terdapat pada percobaan kerdua dan ketiga sesuai dengan
pendapat Hanafiah (2008) yang mengatakan bahwa salah satu faktor yang
mempengaruhi keasaman tanah adalah kedalaman tanah dimana pada lahan dengan curah
hujan tinggi, umumnya kemasaman meningkat sesuai dengan kedalaman lapisan
tanah, sehingga kehilangan topsoil oleh erosi dapat menyebabkan lapisan olah
tanah menjadi lebih masam. Selain itu, juga
sesuai pendapat Hardjowigeno (1985) yang menyatakan bahwa kemasaman
tanah sangat dipengaruhi oleh bahan organik.
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan ditunjukkan bahwa pH suatu
tanah berbeda-beda menurut perbandingan tanah dan airnya, hal ini sesuai dengan
pendapat Harjowigeno (1987) yang menyatakan bahwa pemberian air yang
berbeda-beda pada suatu jenis tanah akan memberikan pengaruh yang besar
terhadap nilai pH tanah. Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat
kemasaman tanah yaitu pencucian basa-basa, kejenuhan basa,
sifat misel, dan macam kation yang terserap. mineralisasi
atau dekomposisi bahan organik, respirasi akar yang menghasilkan CO2
dan pemberian pupuk yang bereaksi masam dalam tanah.
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan
hasil dan pembahasan praktikum, maka dapat diperoleh kesimpulan bahwa:
1.
Reaksi tanah
(pH) pada setiap lapisan tanah itu berbeda - beda.
2.
Lapisan I
memiliki pH 7,07 dipengaruhi
oleh banyaknya bahan organik pada setiap lapisan tanah.
3.
Faktor-faktor
yang mempengaruhi pH tanah adalah kejenuhan basa, sifat misel, dan macam kation
yang terserap.
5.2.
Saran
Agar praktikum selanjutnya kita dapat meneliti semua
lapisan dari lapisan I, II, dan III. Karena jika hanya satu lapisan yang
diteliti kita tidak dapat membandingkan pH dari setiap lapisan tanah yang
diamati.
DAFTAR PUSTAKA
Foth, H.D. 1994. Dasar-Dasar Ilmu
Tanah. Gadja Mada University Press,Yogyakarta.
Hakim,
Nurhayati, M. Yusuf Nyapka, A.M. Lubis, S.G. Nugroho, M.R. Saul,
M.A. Diha,
G.B.Hong, H.H. Bailey, 1996. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Universitas
Lampung, Lampung.
Hanafiah, Ali Kemas. 2008. Dasar-dasar
Ilmu Tanah. Raja Grafindo Persada,
Jakarta.
Hardjowigeno.
S, 2003. Ilmu Tanah. Penerbit
Akademika Pressindo, Jakarta.
Pairunan A.K,
.L. Nanere, Arifin, Solo S.R. Samosir, R. Tangkaisari, J. L.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar