Laporan
Praktikum
Dasar-Dasar
Ilmu Tanah
KADAR AIR KAPASITAS POT DAN LAPANG
NAMA :
NUR HIJRAH
NIM :
G11115076
KELAS :
DDIT C
KELOMPOK :
8
ASISTEN :
RIRIN DYAH RAHAYU
PROGRAM
STUDI AGROTEKNOLOGI
JURUSAN
ILMU TANAH
FAKULTAS
PERTANIAN
UNIVERSITAS
HASANUDDIN
MAKASSAR
2015
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang
Sebagian besar air yang diperlukan oleh tumbuhan
berasal dari tanah. Air ini harus tersedia pada saat tumbuhan memerlukannya.
Kebutuhan air setiap tumbuhan berbeda. Tumbuhan air memerlukan air lebih banyak
dibandingkan jenis tumbuhan lainnya.
Air merupakan substansi yang paling umum di atas bumi dan diperlukan untuk
semua kehidupan. Penyediaan air tawar dalam jangka waktu lama selama terus -
menerus sama dengan presipitasi (hujan) tahunan yang rata - ratanya 26 inci (650 mm) untuk permukaan lahan dunia. Air dibagikan tidak merata oleh curah
hujan, berubah bentuk, berpindah dari satu tempat ke tempat lainnya dan dapat
tercemar.
Reaksi–reaksi kimia dalam tanah hanya berlangsung bila terdapat air.
Pelepasan unsur–unsur hara dari mineral primer terutama juga karena pengaruh
air, yang kemudian mengangkutnya ke tempat lain (pencucian unsur hara).
Sebaliknya kemampuan air menghanyutkan unsur hara dapat pula dimanfaatkan untuk
mencuci garam-garam beracun yang berlebihan dalam tanah.
Air mempunyai fungsi yang penting dalam tanah, antara lain pada proses
pelapukan mineral dan bahan organik tanah, yaitu reaksi yang mempersiapkan hara
larut bagi pertumbuhan tanaman. Selain itu, air juga berfungsi sebagai media
gerak hara ke akar-akar tanaman. Akan tetapi, jika air terlalu banyak tersedia,
hara-hara dapat tercuci dari daerah-daerah perakaran atau bila evaporasi
tinggi, garam-garam terlarut mungkin terangkat kelapisan tanah atas. Air yang
berlebihan juga membatasi pergerakan udara dalam tanah, merintangi akar tanaman
memperoleh O2 sehingga dapat mengakibatkan tanaman mati.
Berdasarkan uraian diatas, maka perlu melaksanakan praktikum kapasitas pot
dan kapasitas lapang, untuk mengetahui presentase kadar air kapasitas pot dan
kapasitas lapang yang terkandung didalam tanah .
1.2
Tujuan dan Kegunaan
Adapun tujuan
dari praktikum ini
adalah untuk mengetahui
dan menentukan kadar air
kapasitas lapang dan
kapasitas pot yang terkandung
dalam tanah. Sedangkan Kegunaan dari
percobaan ini adalah agar dapat diketahui tanaman yang cocok untuk ditanam
sesuai dengan kadar air kapasitas pot dan lapang yang
ada pada sampel tanah terganggu tersebut.
II.
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.Kadar air
kapasitas pot
Menurut Hakim dkk, (1986), Kadar air tanah Alfiosol dapat dinyatakan dalam persen volume yaitu
persentase volume air terhadap volume tanah. Cara ini mempunyai keuntungan
karena dapat memberikan gambaran tentang ketersediaan air bagi tanaman pada
volume tanah tertentu. Cara penetapan kadar air dapat dilakukan dengan sejumlah
tanah basah dikering ovenkan dalam oven pada suhu 1000 C – 1100
C untuk waktu tertentu. Air yang hilang karena pengeringan merupakan sejumlah
air yang terkandung dalam tanah tersebut. Air irigasi yang memasuki tanah
mula-mula menggantikan udara yang terdapat dalam pori makro dan kemudian pori
mikro. Jumlah air yang bergerak melalui tanah berkaitan dengan ukuran pori-pori
pada tanah. Air tambahan berikutnya akan bergerak ke bawah melalui proses
penggerakan air jenuh.Penggerakan air tidak hanya terjadi secara vertikal
tetapi juga horizontal. Gaya gravitasi tidak berpengaruh terhadap penggerakan
horizontal.
Koefisien
air tanah yang merupakan koefisien yang menunjukkan potensi ketersediaan air
tanah untuk mensuplai kebutuhan tanaman, terdiri dari :
a. Jenuh
atau retensi maksimum, yaitu kondisi di mana seluruh ruang pori tanah terisi oleh air.
b. Kapasitas
lapang adalah kondisi dimana tebal lapisan air dalam pori-pori tanah mulai
menipis, sehingga tegangan antarair-udara meningkat hingga lebih besar dari
gaya gravitasi.
c. Koefisien
layu (titik layu permanen) adalah kondisi air tanah yang ketersediaannya sudah
lebih rendah ketimbang kebutuhan tanaman untuk aktivitas, dan mempertahankan
turgornya.
d. Koefisien Higroskopis adalah
kondisi di mana air tanah terikat sangat kuat oleh gaya matrik tanah (Hardjowigeno,
S., 1993).
Kapasitas lapang adalah
persentase kelembaban yang ditahan oleh tanah sesudah terjadinya drainase dan
kecepatan gerakan air ke bawah menjadi sangatlambat.
Keadaan ini terjadi 2 - 3 hari sesudah hujan jatuh yaitu bila tanah cukupmudah
ditembus oleh air, textur dan struktur tanahnya uniform dan pori-pori
tanahbelum semua terisi oleh air dan temperatur yang cukup tinggi. Kelembaban
padasaat ini berada di antara 5 - 40%.
Selama air di dalam tanah masih lebih tinggidaripada kapasitas lapang maka tanah akan tetap lembab, ini disebabkan
air kapiler selalu dapat mengganti kehilangan air karena proses
evaporasi. Bila kelembaban
pada saat ini berada di antara 5 - 40%. Bila kelembaban tanah turun sampai di bawah kapasitas
lapang maka air menjadi tidak mobile. Oleh
karena itu akar-akar tanaman yang tumbuh pada tanah-tanah yangkandungan air di
bawah kapasitas lapang akan selalu becabang-cabang dengan hebat sekali. Kapasitas lapang
sangat penting pula artinya karena dapat menunjukkan
kandungan maksimum dari tanah dan dapat menentukan jumlah air pengairan
yang diperlukan untuk membasahi tanah sampai lapisan di bawahnya.Tergantung
dari textur lapisan tanahnya maka untuk menaikkan kelembaban 1 feet tanah kering sampai kapasitas lapang diperlukan
air pengairan sebesar 0,5 - 3inci (Hardjowigeno,
S., 1993).
2.3 Perbedaan kapasitas
pot dan kapasitas lapang
Terdapat
perbedaan mendasar antara kapasitas pot dan kapasitas lapang, baik dalam proses
pencapaiannya maupun kadar air yang dicapai. Pada kapasitas lapang, kadar air
yang dicapai lebih rendah dari pada kapasitas pot. Ini terjadi karena di
lapangan air gravitasi bergerak ke lapaisan bawah melalui kontak hidraulik yang
kontinyu sebagai akibat perbedaan potensial air, dari tinggi (dilapisan atas
yang dijenuhkan, potensial air = nol) ke lapisan bawahnya yang lebih kering
(potensial airnya negatif). Proses ini tidak terjadi pada tanah di dalam pot.
Dari tanah yang jenuh air di dalam pot, air gravitasi menetes keluar tanpa
kontak dengan lapisan tanah lain di luar pot. Akibatnya, kadar air pada
kapasitas pot lebih besar dari pada kadar air pada kapasitas lapang (Prof.
Sikstus Gusli, Ph.D).
III. METODE PENELITIAN
3.1 Tempat dan Waktu
Praktikum kadar air kapasitas pot dan kapasitas lapang dilaksanakan di X- Farm Fakultas Pertanian Universitas Hasanuddin.
Pada
hari Rabu, 18 November 2015 pukul 08.00-11.00 WITA. Kemudian mulai dilaksanakan
pengamatan pada hari minggu, WITA.
3. 2 Alat
dan Bahan
Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah tiga buah pot tanaman berkapasitas
5 L yang bagian dasarnya telah dilobangi sebagai lobang drainase, drum air,
timbangan digital, oven, pisau lapangan, cangkul. Bahan yang
digunakan dalam praktikum adalah sampel tanah di Tamalanrea, air, lembar plastik hitam (2
sampai 3 m2), pangkasan rumput.
3. 3
Prosedur Kerja
3.3.1.Kapasitas pot
a.
Keringkan-udarakan tanah lapisan atas Alfisol Tamalanrea, lalu ayak
melewati saringan 2 mm.
b.
Timbang sebanyak 5 kg tanah Alfisol Tamalanrea yang telah diayak
tersebut, lalu masukkan kedalam tiga pot berkapasitas 5 L yang telah disiapkan.
c.
Secara perlahan (hati-hati agar tidak menghancurkan agregat tanah) sirami
tanah yang berada di dalam ketiga pot tersebut hingga menjadi jenuh air dan
agak menggenang.
d.
Letakkan ketiga pot yang berisi tanah ini di atas alas yang telah
disipakan yang memungkinkan berlangsungnya drainase tambah hambatan. Bagian
atas tanah ditutup dengan lembaran plastik hitam (tetapi tidak perlu diikat)
unutk menekan evaporasi.
e.
Biarkan air menetes 24 jam kemudian. (Walaupun biasanya air sudah
berhenti menetes 1 sampai 2 jam kemudian).
f.
Ambil contoh tanah basah (kapasitas pot) sebanyak sekitar satu sendok
makan penuh dari bagian tengah pot pada kedalaman 1 smapai 5 cm. Tanah pada
kedalaman 0 sampai 1 cm singkirkan. Letakkan contoh tanah ini di atas wadah
aluminium yang telah disiapkan dan sebelumnya telah ditimbang (diketahui
beratnya). Timbang contoh tanah ini bersama wadahnya. Catat beratnya pada
lembbar data sebagai berat tanah basah
pada kapasitas pot.
g.
Masukkan contoh tanah pada kapasitas pot ini ke dalam oven selama 24 jam
pada suhu 105ºC.
h.
Dua puluh empat jam (sehari) kemudian, keluarkan sampel tanah dari oven,
langsung masukkan sampel tanah ini ke dalam desikator. Diamkan selama beberapa
jam di dalam desikator, lalu timbang berat tanah kering oven bersama wadahnya.
Catat datanya ke dalam lembar data.
i.
Hitung kadar air pada kapasitas pot menggunakan rumus perhitungan kadar
air yang telah diajarkan.
3.3.2. Kapasitas
lapang
a.
Pada lokasi terpilih, bersihkan rerumputan (semua tumbuhan) pada areal
seluas 1m x 1m (selanjutnya disebut sebagai petakan). (Lokasi petakan yang
dipilih tidak boleh pada tanah yang retak).
b.
Buat pematang (tinggi sekitar 20 cm, lebar 2o cm) mengelilingi petakan
ini dari material tanah disamping luarnya.
c.
Secara cepat, siramkan air sebanyak 20 L ke atas permukaan tanah petakan.
(Air tidak boleh merembes keluar dari pematang). Biarkan air terinfiltrasi dan
terperkolasi ke dalam lapisan bawah
tanah.
d.
Tutup petakan dengan plastik hitam, lalu taburkan pangkasan rumput di
atas plastik hitam.
e.
Besoknya (24 jam kemudian), singkirkan rumput dan buka tutup plastik.
Masing-masing kelompok mengambil contoh tanah pada empat titik yang mewakili
petakan masing-masing sebanyak sekitar dua sendok makan pada kadalaman 2 sampai
5 cm. (Lapisan di atasnya tidak disampel).
f.
Letakkan ke empat sampel tanah tersebut di atas wadah yang telah di
sediakan. Timbang berat basah tanah bersama wadahnya. Catatkan datanya pada
lembar data.
g.
Masukkan contoh tanah pada kapasitas pot ini ke dalam oven selama 24 jam pada
suhu 105ºC.
h.
Masukkan sampel tanah yang telah di oven ke dalam desikator, diamkan
selama beberapa jam, lalu timbang berat tanah kering oven bersama wadahnya.
Catat datanya ke dalam lembar data.
i.
Hitung kadar air pada kapasitas pot menggunakan rumus perhitungan kadar
air yang telah diajarkan.
III.
HASIL
DAN PEMBAHASAN
4.1
Hasil
Adapun
hasil pengamatan dijelaskan didalam tabel berikut:
Tabel 6. Kadar air kapasitas
pot dan kapasitas lapang.
Tabel 1. Hasil Perhitungan Kadar Air Kapasitas Pot Pada Tanah Alfisol
Jenis Tanah Kandungan Air Tanah %
Alfisol 0,38%
Sumber Data : Data
primer Setelah Diolah, 2015
Tabel 2. Hasil Perhitungan Kadar Air Kapasitas lapang Pada Tanah Alfisol
Parameter
pengamatan Jenis
tanah Kadar air %
|
Sampel I Alfisol 19,69%
Sampel II Alfisol 21,56%
Sampel III Alfisol 22,22%
Sampel IV Alfisol 23,88%
|
Sumber Data : Data
primer Setelah Diolah, 2015
4.2
Pembahasan
Kadar air kapasitas pot pada tanah Alfisol
sebesar 0,38% karena dipengaruhi oleh besar kecilnya pemberian air pada
permukaan tanah. Hal ini sesuai dengan pendapat Buckman (1982) yang mengatakan
bahwa jika pemberian air pada permukaan tanah dihentikan, air akan turun ke
bawah lebih cepat. Sesudah satu hari kecepatan gerakan menurun akan terhenti
sama sekali. Pada titik tersebut, pengujian tanah akan menunjukkan bahwa air
telah keluar dari pori makro dan tempat ini akan ditempati udara.
Pada
metode percobaan menggunakan metode kapasitas lapang maka kadar air tanah
alfisol yang diperoleh kadar air yaitu, sampel I sebesar 19,69%, sampel II
sebesar 21,56%, sampel III sebesar 22,22% dan sampel IV sebasar 23,88%. Tanah
alfisol terbilang rendah, karena keadaan tersebut dapat dipengaruhi oleh
kandungan bahan organik tanah dan kedalaman solum. Hal ini sesuai dengan
pendapat Hanafiah (2012) yang menyatakan bahwa kadar air tanah dipengaruhi oleh
kadar bahan organik tanah dan kedalaman solum, makin tinggi kadar bahan organik
tanahmaka akan makin tinggi pula kadar airnyaserta semakin tinggi kadar air,
maka kedalaman solum juga akan semakin dalam. Tekstur yang dimiliki oleh tanah
alsfsol adalah tekstur kasar/ pasir sehingga kemampuan mengikat air rndah.
Karena tanah-tanah bertekstur pasir, butir-butirnya berukuran lebih besar, maka
setiap satuan berat (misalnya setiap gram) mempunyai luas permukaan yang lebih
kecil sehinnga sulit untuk menyerap (menahan) air. Hal ini sesuai dengan
pendapat Hardjowigeno (2007), yang menyatakan bahwa tanah-tanah bertekstur
kasar mempunyai daya menahan air lebih kecil daripada tanah bertekstur halus.
Tanah-tanah
yang bertekstur kasar mempunyai daya menahan air yang lebih kecil daripada
tanah yang bertekstur halus. Pasir umumnya lebih mudah kering daripada
tanah-tanah yang berlempung atau liat. Hal ini sesuai dengan pendapat
Hardjowigeno (2003) yang menyatakan bahwa tanah-tanah bertekstur kasar
mempunyai daya menahan air lebih kecil daripada tanah yang bertekstur halus.
Tanah yang bertekstur liat, karena lebih halus maka setiap satuan berat
mempunyai luas permukaan yang lebih besar sehingga kemampuan menhana airnya
juga tinggi.
IV.
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1
Kesimpulan
Berdasarkan
hasil pengamatan praktikum maka dapat disimpulkan bahwa kadar air kapasitas pot
pada tanah alfisol sebesar 0,38% karena dipengaruhi oleh besar kecilnya
pemberian air pada permukaan tanah tersebut sedangkan kadar air kapasitas
lapang hasil yang diperoleh yaitu sampel I sebesar 19,69%, sampel II sebesar
21,56%, sampel III sebesar 22,22% dan sampel IV sebasar 23,88%. Tekstur yang
dimiliki oleh tanah alfisol yaitu tekstur kasar/pasir sehingga kemampuan
mengikat airnya rendah. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah/kadar air
dalam tanah adalah hubungan tegangan dengan kelembabpan, kadar garam, strata
atau lapisan tanah, banyaknya kadar air dalam tanah, kemampuan tanah menahan
air, besarnya evapotranspirasi (penguapan langsung melalui tanah dan melalui
vegetasi), tingginya muka air tanah, kadar bahan organik tanah, senyawa kimiawi
atau kandungan garam-garam, dan kedalaman solum tanah atau lapisan tanah.
5.2
Saran
Saran
saya yaitu dalam melakukan praktikum di laboratorium sebaiknya praktikan harus
mengetahui prosedur kerja yang akan dilakukan. Dan baik asisten maupun
praktikan harus berhati-hati dalam melakukan praktikum. Ini dilakukan untuk
mencegah terjadinya kerusakan pada alat-alat yang terdapat di laboratorium.
Karena alat-alat tersebut mudah pecah. Praktikan juga harus teliti dalam
melakukan praktikum agar tidak terjadi kesalahan.
DAFTAR
PUSTAKA
Hardjowigeno. S., 1993. Ilmu Tanah. Penerbit
Akademika Pressindo : Jakarta. Tanggal 12 Februari 2012
Hakim, Dkk 1986. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Universitas
Lampung, Lampung. Tanggal 23 Juni 2013 pukul 03.00 WITA.
Hanafiah, Kemas Ali,Dr,Ir.2008. Dasar-dasar Ilmu Tanah. PT.Rajagra Findo
Persada: Jakarta. Diakses pada tanggal
7/11/2015 pukul 11.00 WITA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar