Rabu, 26 Juni 2019

Laporan Praktikum Kapasitas Pot dan Kapasitas Lapang



Laporan Praktikum
Dasar-Dasar Ilmu Tanah


KADAR AIR KAPASITAS POT DAN LAPANG











NAMA                        : NUR HIJRAH
NIM                            : G11115076
KELAS                       : DDIT C
KELOMPOK             : 8
ASISTEN                   : RIRIN DYAH RAHAYU


PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
JURUSAN ILMU TANAH
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2015


I.       PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang
Sebagian besar air yang diperlukan oleh tumbuhan berasal dari tanah. Air ini harus tersedia pada saat tumbuhan memerlukannya. Kebutuhan air setiap tumbuhan berbeda. Tumbuhan air memerlukan air lebih banyak dibandingkan jenis tumbuhan lainnya.
            Air merupakan substansi yang paling umum di atas bumi dan diperlukan untuk semua kehidupan. Penyediaan air tawar dalam jangka waktu lama selama terus - menerus sama dengan presipitasi (hujan) tahunan yang rata - ratanya 26 inci (650 mm) untuk permukaan lahan dunia. Air dibagikan tidak merata oleh curah hujan, berubah bentuk, berpindah dari satu tempat ke tempat lainnya dan dapat tercemar.
        Reaksi–reaksi kimia dalam tanah hanya berlangsung bila terdapat air. Pelepasan unsur–unsur hara dari mineral primer terutama juga karena pengaruh air, yang kemudian mengangkutnya ke tempat lain (pencucian unsur hara). Sebaliknya kemampuan air menghanyutkan unsur hara dapat pula dimanfaatkan untuk mencuci garam-garam beracun yang berlebihan dalam tanah.
            Air mempunyai fungsi yang penting dalam tanah, antara lain pada proses pelapukan mineral dan bahan organik tanah, yaitu reaksi yang mempersiapkan hara larut bagi pertumbuhan tanaman. Selain itu, air juga berfungsi sebagai media gerak hara ke akar-akar tanaman. Akan tetapi, jika air terlalu banyak tersedia, hara-hara dapat tercuci dari daerah-daerah perakaran atau bila evaporasi tinggi, garam-garam terlarut mungkin terangkat kelapisan tanah atas. Air yang berlebihan juga membatasi pergerakan udara dalam tanah, merintangi akar tanaman memperoleh O2 sehingga dapat mengakibatkan tanaman mati.
            Berdasarkan uraian diatas, maka perlu melaksanakan praktikum kapasitas pot dan kapasitas lapang, untuk mengetahui presentase kadar air kapasitas pot dan kapasitas lapang yang terkandung didalam tanah .




1.2 Tujuan dan Kegunaan
Adapun  tujuan  dari  praktikum  ini  adalah  untuk  mengetahui  dan  menentukan kadar  air  kapasitas  lapang   dan  kapasitas  pot yang  terkandung  dalam  tanah. Sedangkan Kegunaan dari percobaan ini adalah agar dapat diketahui tanaman yang cocok untuk ditanam sesuai dengan kadar air kapasitas pot dan lapang  yang  ada pada sampel tanah terganggu tersebut.
  


II.            TINJAUAN PUSTAKA

      2.1.Kadar air kapasitas pot
Menurut Hakim dkk, (1986), Kadar air tanah Alfiosol dapat dinyatakan dalam persen volume yaitu persentase volume air terhadap volume tanah. Cara ini mempunyai keuntungan karena dapat memberikan gambaran tentang ketersediaan air bagi tanaman pada volume tanah tertentu. Cara penetapan kadar air dapat dilakukan dengan sejumlah tanah basah dikering ovenkan dalam oven pada suhu 1000 C – 1100 C untuk waktu tertentu. Air yang hilang karena pengeringan merupakan sejumlah air yang terkandung dalam tanah tersebut. Air irigasi yang memasuki tanah mula-mula menggantikan udara yang terdapat dalam pori makro dan kemudian pori mikro. Jumlah air yang bergerak melalui tanah berkaitan dengan ukuran pori-pori pada tanah. Air tambahan berikutnya akan bergerak ke bawah melalui proses penggerakan air jenuh.Penggerakan air tidak hanya terjadi secara vertikal tetapi juga horizontal. Gaya gravitasi tidak berpengaruh terhadap penggerakan horizontal.
           Koefisien air tanah yang merupakan koefisien yang menunjukkan potensi ketersediaan air tanah untuk mensuplai kebutuhan tanaman, terdiri dari :
a.     Jenuh atau retensi maksimum, yaitu kondisi di mana seluruh ruang pori tanah     terisi oleh air.
b.    Kapasitas lapang adalah kondisi dimana tebal lapisan air dalam pori-pori tanah mulai menipis, sehingga tegangan antarair-udara meningkat hingga lebih besar dari gaya gravitasi.
c.    Koefisien layu (titik layu permanen) adalah kondisi air tanah yang ketersediaannya sudah lebih rendah ketimbang kebutuhan tanaman untuk aktivitas, dan mempertahankan turgornya.
d.    Koefisien Higroskopis adalah kondisi di mana air tanah terikat sangat kuat oleh gaya matrik tanah (Hardjowigeno, S., 1993).

 2.2 Kadar air kapasitas lapang
Kapasitas lapang adalah persentase kelembaban yang ditahan oleh tanah sesudah terjadinya drainase dan kecepatan gerakan air ke bawah menjadi sangatlambat. Keadaan ini terjadi 2 - 3 hari sesudah hujan jatuh yaitu bila tanah cukupmudah ditembus oleh air, textur dan struktur tanahnya uniform dan pori-pori tanahbelum semua terisi oleh air dan temperatur yang cukup tinggi. Kelembaban padasaat ini berada di antara 5 - 40%. Selama air di dalam tanah masih lebih tinggidaripada kapasitas lapang maka tanah akan tetap lembab, ini disebabkan air kapiler selalu dapat mengganti kehilangan air karena proses evaporasi. Bila kelembaban pada saat ini berada di antara 5 - 40%. Bila kelembaban tanah turun sampai di bawah kapasitas lapang maka air menjadi tidak mobile. Oleh karena itu akar-akar tanaman yang tumbuh pada tanah-tanah yangkandungan air di bawah kapasitas lapang akan selalu becabang-cabang dengan hebat sekali. Kapasitas lapang sangat penting pula artinya karena dapat menunjukkan kandungan maksimum dari tanah dan dapat menentukan jumlah air pengairan yang diperlukan untuk membasahi tanah sampai lapisan di bawahnya.Tergantung dari textur lapisan tanahnya maka untuk menaikkan kelembaban 1 feet tanah kering sampai kapasitas lapang diperlukan air pengairan sebesar 0,5 - 3inci  (Hardjowigeno, S., 1993).
2.3 Perbedaan kapasitas pot dan kapasitas  lapang
Terdapat perbedaan mendasar antara kapasitas pot dan kapasitas lapang, baik dalam proses pencapaiannya maupun kadar air yang dicapai. Pada kapasitas lapang, kadar air yang dicapai lebih rendah dari pada kapasitas pot. Ini terjadi karena di lapangan air gravitasi bergerak ke lapaisan bawah melalui kontak hidraulik yang kontinyu sebagai akibat perbedaan potensial air, dari tinggi (dilapisan atas yang dijenuhkan, potensial air = nol) ke lapisan bawahnya yang lebih kering (potensial airnya negatif). Proses ini tidak terjadi pada tanah di dalam pot. Dari tanah yang jenuh air di dalam pot, air gravitasi menetes keluar tanpa kontak dengan lapisan tanah lain di luar pot. Akibatnya, kadar air pada kapasitas pot lebih besar dari pada kadar air pada kapasitas lapang (Prof. Sikstus Gusli, Ph.D).
III. METODE PENELITIAN
3.1  Tempat dan Waktu
Praktikum kadar air kapasitas pot dan kapasitas lapang dilaksanakan di X- Farm Fakultas Pertanian Universitas Hasanuddin. Pada hari Rabu, 18 November 2015 pukul 08.00-11.00 WITA. Kemudian mulai dilaksanakan pengamatan pada hari minggu, WITA.
3. 2 Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah tiga buah pot tanaman berkapasitas 5 L yang bagian dasarnya telah dilobangi sebagai lobang drainase, drum air, timbangan digital, oven, pisau lapangan, cangkul. Bahan yang digunakan dalam praktikum adalah sampel tanah di Tamalanrea, air, lembar plastik hitam (2 sampai 3 m2), pangkasan rumput.
3. 3 Prosedur Kerja
3.3.1.Kapasitas pot
a.    Keringkan-udarakan tanah lapisan atas Alfisol Tamalanrea, lalu ayak melewati saringan 2 mm.
b.    Timbang sebanyak 5 kg tanah Alfisol Tamalanrea yang telah diayak tersebut, lalu masukkan kedalam tiga pot berkapasitas 5 L yang telah disiapkan.
c.    Secara perlahan (hati-hati agar tidak menghancurkan agregat tanah) sirami tanah yang berada di dalam ketiga pot tersebut hingga menjadi jenuh air dan agak menggenang.
d.   Letakkan ketiga pot yang berisi tanah ini di atas alas yang telah disipakan yang memungkinkan berlangsungnya drainase tambah hambatan. Bagian atas tanah ditutup dengan lembaran plastik hitam (tetapi tidak perlu diikat) unutk menekan evaporasi.
e.    Biarkan air menetes 24 jam kemudian. (Walaupun biasanya air sudah berhenti menetes 1 sampai 2 jam kemudian).
f.     Ambil contoh tanah basah (kapasitas pot) sebanyak sekitar satu sendok makan penuh dari bagian tengah pot pada kedalaman 1 smapai 5 cm. Tanah pada kedalaman 0 sampai 1 cm singkirkan. Letakkan contoh tanah ini di atas wadah aluminium yang telah disiapkan dan sebelumnya telah ditimbang (diketahui beratnya). Timbang contoh tanah ini bersama wadahnya. Catat beratnya pada lembbar data  sebagai berat tanah basah pada kapasitas pot.
g.    Masukkan contoh tanah pada kapasitas pot ini ke dalam oven selama 24 jam pada suhu 105ºC.
h.    Dua puluh empat jam (sehari) kemudian, keluarkan sampel tanah dari oven, langsung masukkan sampel tanah ini ke dalam desikator. Diamkan selama beberapa jam di dalam desikator, lalu timbang berat tanah kering oven bersama wadahnya. Catat datanya ke dalam lembar data.
i.      Hitung kadar air pada kapasitas pot menggunakan rumus perhitungan kadar air yang telah diajarkan. 

3.3.2. Kapasitas lapang
a.    Pada lokasi terpilih, bersihkan rerumputan (semua tumbuhan) pada areal seluas 1m x 1m (selanjutnya disebut sebagai petakan). (Lokasi petakan yang dipilih tidak boleh pada tanah yang retak).
b.    Buat pematang (tinggi sekitar 20 cm, lebar 2o cm) mengelilingi petakan ini dari material tanah disamping luarnya.
c.    Secara cepat, siramkan air sebanyak 20 L ke atas permukaan tanah petakan. (Air tidak boleh merembes keluar dari pematang). Biarkan air terinfiltrasi dan terperkolasi  ke dalam lapisan bawah tanah.
d.   Tutup petakan dengan plastik hitam, lalu taburkan pangkasan rumput di atas plastik hitam.
e.    Besoknya (24 jam kemudian), singkirkan rumput dan buka tutup plastik. Masing-masing kelompok mengambil contoh tanah pada empat titik yang mewakili petakan masing-masing sebanyak sekitar dua sendok makan pada kadalaman 2 sampai 5 cm. (Lapisan di atasnya tidak disampel).
f.     Letakkan ke empat sampel tanah tersebut di atas wadah yang telah di sediakan. Timbang berat basah tanah bersama wadahnya. Catatkan datanya pada lembar data.
g.    Masukkan contoh tanah pada kapasitas pot ini ke dalam oven selama 24 jam pada suhu 105ºC.
h.    Masukkan sampel tanah yang telah di oven ke dalam desikator, diamkan selama beberapa jam, lalu timbang berat tanah kering oven bersama wadahnya. Catat datanya ke dalam lembar data.
i.      Hitung kadar air pada kapasitas pot menggunakan rumus perhitungan kadar air yang telah diajarkan.


III.           HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1   Hasil
Adapun hasil pengamatan dijelaskan didalam tabel berikut:
Tabel 6. Kadar air kapasitas pot dan kapasitas lapang.
Tabel 1. Hasil Perhitungan Kadar Air Kapasitas Pot  Pada Tanah Alfisol
              Jenis Tanah                                  Kandungan Air Tanah %

                  Alfisol                                                     0,38%

 Sumber Data : Data  primer Setelah Diolah, 2015
Tabel 2. Hasil Perhitungan Kadar Air Kapasitas lapang  Pada Tanah Alfisol
Parameter pengamatan                   Jenis tanah                   Kadar air %
       Sampel I                                     Alfisol                             19,69%
       Sampel II                                    Alfisol                             21,56%
       Sampel III                                  Alfisol                              22,22%
       Sampel IV                                  Alfisol                              23,88%
Sumber Data : Data  primer Setelah Diolah, 2015
4.2   Pembahasan
Kadar air kapasitas pot pada tanah Alfisol sebesar 0,38% karena dipengaruhi oleh besar kecilnya pemberian air pada permukaan tanah. Hal ini sesuai dengan pendapat Buckman (1982) yang mengatakan bahwa jika pemberian air pada permukaan tanah dihentikan, air akan turun ke bawah lebih cepat. Sesudah satu hari kecepatan gerakan menurun akan terhenti sama sekali. Pada titik tersebut, pengujian tanah akan menunjukkan bahwa air telah keluar dari pori makro dan tempat ini akan ditempati udara.
            Pada metode percobaan menggunakan metode kapasitas lapang maka kadar air tanah alfisol yang diperoleh kadar air yaitu, sampel I sebesar 19,69%, sampel II sebesar 21,56%, sampel III sebesar 22,22% dan sampel IV sebasar 23,88%. Tanah alfisol terbilang rendah, karena keadaan tersebut dapat dipengaruhi oleh kandungan bahan organik tanah dan kedalaman solum. Hal ini sesuai dengan pendapat Hanafiah (2012) yang menyatakan bahwa kadar air tanah dipengaruhi oleh kadar bahan organik tanah dan kedalaman solum, makin tinggi kadar bahan organik tanahmaka akan makin tinggi pula kadar airnyaserta semakin tinggi kadar air, maka kedalaman solum juga akan semakin dalam. Tekstur yang dimiliki oleh tanah alsfsol adalah tekstur kasar/ pasir sehingga kemampuan mengikat air rndah. Karena tanah-tanah bertekstur pasir, butir-butirnya berukuran lebih besar, maka setiap satuan berat (misalnya setiap gram) mempunyai luas permukaan yang lebih kecil sehinnga sulit untuk menyerap (menahan) air. Hal ini sesuai dengan pendapat Hardjowigeno (2007), yang menyatakan bahwa tanah-tanah bertekstur kasar mempunyai daya menahan air lebih kecil daripada tanah bertekstur halus.
            Tanah-tanah yang bertekstur kasar mempunyai daya menahan air yang lebih kecil daripada tanah yang bertekstur halus. Pasir umumnya lebih mudah kering daripada tanah-tanah yang berlempung atau liat. Hal ini sesuai dengan pendapat Hardjowigeno (2003) yang menyatakan bahwa tanah-tanah bertekstur kasar mempunyai daya menahan air lebih kecil daripada tanah yang bertekstur halus. Tanah yang bertekstur liat, karena lebih halus maka setiap satuan berat mempunyai luas permukaan yang lebih besar sehingga kemampuan menhana airnya juga tinggi.


IV.             KESIMPULAN DAN SARAN
5.1   Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan praktikum maka dapat disimpulkan bahwa kadar air kapasitas pot pada tanah alfisol sebesar 0,38% karena dipengaruhi oleh besar kecilnya pemberian air pada permukaan tanah tersebut sedangkan kadar air kapasitas lapang hasil yang diperoleh yaitu sampel I sebesar 19,69%, sampel II sebesar 21,56%, sampel III sebesar 22,22% dan sampel IV sebasar 23,88%. Tekstur yang dimiliki oleh tanah alfisol yaitu tekstur kasar/pasir sehingga kemampuan mengikat airnya rendah. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah/kadar air dalam tanah adalah hubungan tegangan dengan kelembabpan, kadar garam, strata atau lapisan tanah, banyaknya kadar air dalam tanah, kemampuan tanah menahan air, besarnya evapotranspirasi (penguapan langsung melalui tanah dan melalui vegetasi), tingginya muka air tanah, kadar bahan organik tanah, senyawa kimiawi atau kandungan garam-garam, dan kedalaman solum tanah atau lapisan tanah.
5.2   Saran
Saran saya yaitu dalam melakukan praktikum di laboratorium sebaiknya praktikan harus mengetahui prosedur kerja yang akan dilakukan. Dan baik asisten maupun praktikan harus berhati-hati dalam melakukan praktikum. Ini dilakukan untuk mencegah terjadinya kerusakan pada alat-alat yang terdapat di laboratorium. Karena alat-alat tersebut mudah pecah. Praktikan juga harus teliti dalam melakukan praktikum agar tidak terjadi kesalahan.


DAFTAR PUSTAKA

Hardjowigeno.  S., 1993Ilmu TanahPenerbit Akademika Pressindo : Jakarta. Tanggal 12 Februari 2012
            Hakim, Dkk 1986. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Universitas Lampung, Lampung. Tanggal 23 Juni 2013 pukul 03.00 WITA.
Hanafiah, Kemas Ali,Dr,Ir.2008. Dasar-dasar Ilmu Tanah. PT.Rajagra Findo
Persada: Jakarta. Diakses pada tanggal 7/11/2015 pukul 11.00 WITA













Tidak ada komentar:

Posting Komentar