Rabu, 26 Juni 2019

Laporan Praktikum Kerapatan Isi dan Porositas


Laporan pratikum
Dasar – dasar Ilmu Tanah


KERAPATAN ISI DAN POROSITAS





NAMA                        : NUR HIJRAH
NIM                            : G11115076
KELAS                       : C
KELOMPOK             : 8
ASISTEN                   : RIRIN DYAH RAHAYU


PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
JURUSAN ILMU TANAH
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASAR
2015


I. PENDAHULUAN
1.1  Latar belakang
Bulk dencity atau kerapatan isi atau bobot isi menunjukkan perbandingan antara berat tanah kering dengan volume tanah termaksud pori- pori tanah. Bulk denccty merupakan petunjuk kerapatan tanah. Makin padat suatu tanah maka makin tinggi bulk dencity, yang berarti makin sulit meneruskan air atau menembus akar tanaman. Tanah yang lebih padat memiliki berat isi lebih besar dibandingkan tanah yang sama, tetapi kurang padat. Salah satu komponen sifat fisik ini adalah kerapatan massa bulk dencity. Kerapatan massa adalah perbandingan antara berat tanah dengan volume density. Kerapatan massa adalah perbandingan antara berat tanah dengan volume tanah termaksud ruang pori didalam tanah.  Pentingnya pembelajaran tentang kerapatanh tanah adalah karena berhubungan dengan porositas tanah, permeabilitas tanah dan komponen – komponen sifat fisik tanah lainnya.
            Porositas merupakan gabungan dari pori- pori tanah, baik pori tanh yang ditempati udara atau yang ditempati air. Porositas tanah sangat menentukan penggunaan tanah tersebut. Tanah yang porositasnya baik adalah tanah yang porositasnya besar karena perakaran tanaman mudah untuk menembus tanah dalam menyaring bahan organic.
            Berat tanah ditentukan oleh porositas tanah dan padatan tanah yang renggang pori- pori mempunyai bobot kecil persatuan volume yang padat dan berbobot tinggi persatuan volume. Bahan organic memperkecil berat isi tanah karena bahan organic jauh lebih ringan dari pada mineral, dan bahan organic dapat menperbesar bulk density tanah. Nilai bulk density tanah dapat memperlihatkan tekstur, struktur lapisan pada tanah, pengelolaan tanah, pengaruh sifat fisik tanah tersebut pada pertumbuhan tanaman dapat dinilai dari kaitan pertumbuhan tanaman dengan isi tanah. Berdasarkan hal tersebut diatas, maka dianggap perlu untuk mengadakan praktikum buljk density dan porositas agar kita dapat memilih dan mengetahui media tumbuh tanaman yang akan dibudidayakan.

 1.2  Tujuan dan Kegunaan
Tujuan dilaksanakannya praktikum mengenai porositas ini adalah untuk mengetahui kadar ruang atau pori dalam tanah. Sedangkan Kegunaan praktikum ini adalah sebagai bahan informasi kepada pembaca khusunya mahasiswa untuk mengetahui tinggi atau rendahnya porositas tanah sebagai bahan acuan atau penyeleksian tanaman yang sesuai dengan tanah tersebut.

  


II.  TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kerapatan isi (Bulk Density)
Bulk Density atau kerapatan lindak atau bobot isi atau bobot volume menunjukkan perbandingan antara berat tanah kering dengan volume tanah dan termasuk volume pori-pori tanah diantaranya. Bulk density merupakan petunjuk kepadatan tanah. Makin padat suatu tanah makin tinggi bulk density, berarti makin sulit meneruskan air atau ditembus akar. Pada umumnya bulk density berkisar dari 1,1-1,6g/cc. Beberapa jenis tanah mempunyai bulk density kurang dari 0,90 g/cc (misalnya tanah andisol), bahkan ada yang kurang dari 0,10 g/cc (misalnya tanah gambut). Bulk Density penting untuk menghitung kebutuhan pupuk atau air untuk tiap-tiap hektar tanah, yang didasarkan pada berat tanah per hektar (Harjdowigeno, 2003).
       Bulk density atau kerapatan massa tanah banyak mempengaruhi sifat fisik tanah, seperti porositas, kekuatan, daya dukung, kemampuan tanah menyimpan air, drainase, dll. Sifat fisik tanah ini banyak bersangkutan dengan penggunaan tanah dalam berbagai keadaan. Menghitung kerapatan butir tanah, berarti menentukan kerapatan partikel tanah dimana pertimbangan hanya diberikan untuk partikel yang solid. Oleh karena itu kerapatan partikel setiap tanah merupakan suatu tetapan dan tidak bervariasi menurut jumlah ruang partikel. Untuk kebanyakan tanah mineral kerapatan partikelnya rata–rata sekitar 2,6 gram/cm3. Kandungan bahan organik di dalam tanah sangat mempengaruhi kerapatan butir tanah, akibatnya tanah permukaan biasanya kerapatan butirnya lebih kecil dari subsoil. Meskipun demikian kerapatan butir tanah tidak banyak berbeda. Jika berbeda maka terdapat variasi yang harus mempertimbangkan kandungan tanah organik (Madjid, 2010).
Bulk density sangat berhubungan erat dengan particle density jika particle density tanah sangat besar maka bulk density juga besar pula, hal ini dikarenakan partikel density berbanding lurus dengan bulk density, namun apabila sebuah tanah memilki tingkat kadar air yang tinggi maka partikel density dan bulk density akan rendah hal ini dikarenakan partikel density berbanding terbalik dengan kadar air, dapat kita buktikan apabila di dalam suatu tanah memilki tingkat kadar air yang tinggi dalam menyerap air maka kepadatan tanah juga akan rendah karena pori-pori di dalam tanah besar sehingga tanah yang memilki pori yang besar akan lebih mudah memasukkan air  di dalam  agregat  tanah (Hanafiah, 2004).
2.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi bulk density
Bulk density dipengaruhi oleh tekstur, struktur dan kandungan bahan organik. Bulk Density dapat cepat berubah karena pengolahan tanah dan praktek budidaya. Faktor-faktor yang mempengaruhi nilai bulk density salah satunya adalah Bahan organik tanah, dimana tanah dengan kandungan bahan organik tinggi akan memiliki nilai bulk density rendah begitupula sebaliknya, selain itu bulk density juga dipengaruhi oleh tekstur tanah, kadar air tanah dan bahan mineral tanah (Sutedjo, 2002).
Nilai dari berat volume bulk density dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya kandungan bahan organik tanah, porositas dan kepadatan tanah. Untuk tanah   berstruktur  halus  mempunyai porositas tinggi dan berat tanah yang lebih rendah dibandingkan tanah berpasir. Bahan organik memperkecil berat volume tanah, karena bahan organik jauh lebih ringan dari pada mineral dan bahan organik  yang akan memperbesar porositas (Hardjowigeno, 2003).
Tanah-tanah organik memiliki kerapatan massa yang sangat rendah dibanding dengan tanah-tanah mineral. Variasi-variasi yang ada perlu diperhatikan tergantung pada bahan organik dan kelembaban tanah. Berat isi menggambarkan keadaan, struktur dan porositas tanah. Pengaruh sifat-sifat fisik tanah tersebut dapat dinilai dari kaitan-kaitan pertumbuhan tanaman dengan berat isi tanah. Bahan organik memperkecil berat isi karena bahan organik jauh lebih ringan dari pada mineral, dan bahan organik memperbesar porositas tanah. (Madjid, 2010).
Timbulnya proses pembentukan struktur di horizon-horizon bagian atas dari bahan induk ini mengakibatkan bulk density lebih rendah dari batuan induk itu sendiri. Tanah-tanah organik memiliki nilai bulk density yang rendah dibandingkan dengan tanah mineral. Tergantung dari sifat-sifat bahan organik yang menyusun tanah organik itu, dan kandungan air pada saat pengambilan contoh, maka biasanya bulk density itu berkisar antara 0,2–0,6 gr/cm3. Bahan organik memperkecil berat isi tanah karena bahan organik jauh lebih ringan daripada mineral. Berat isi ditentukan oleh porositas dan padatan tanah (Andri, 2011)
Semakin masuk ke dalam profil tanah, kerapatan massa tanah semakin naik. Tampaknya ini akibat dari kandungan bahan organik yang rendah dan penimbunan alat serta pemadatan yang disebabkan oleh berat lapisan atasnya. (Sutedjo,2002).
Adapun faktor lain yang mempengaruhi bulk density yaitu kandungan kadar air apabila suatu daerah memiliki kandungan kadar air yang tinggi maka bulk density di daerah tersebut dapat di pastikan rendah. Menyatakan bahwa bulk density dan kadar air berbanding terbalik , hal ini dibuktikan apabila tanah dapat menyerap air yang banyak sehingga tanah akan susah untuk memadat dikarenakan di dalam agregata tanah banyak menyimpan air, kadar air erat hubungannya dengan tekstur tanah apabila tanah memiliki tekstur pasir maka tanah ini memiliki kandungan bahan organik yang banyak sehingga tanah yang bertekstur liat mempunyai daya melewatkan air yang lambat sehingga air akan tersimpan di dalam agregat tanah sebaliknya tanah yang memiliki kandungan bahan organik sedikit (Madjid,2010).
2.3  Hubungan bulk density dengan kesuburan dan pengolahan tanah
Bulk density merupakan petunjuk kerapatan tanah. Makin padat suatu tanah makin tinggi bulk densitynya, yang berarti makin sulit meneruskan air atau di tembus akar tanaman. Bulk density penting untuk menghitung kebutuhan pupuk atau air untuk tiap-tiap hektar tanah, yang di dasarkan pada berat tanah per hektar. Untuk memudahkan perhitungan berat tanah 1 hektar sering dianggap sama dengan 2.000.000 kg berat tanah (Hardjowigeno, 2003).
Tanah lebih padat mempunyai bulk density yang lebih besar dari pada tanah mineral bagian atas mempunyai kandungan bulk density yang lebih rendah dibandingkan tanah dibawahnya. Bulk density di lapangan tersusun atas tanah-tanah mineral yang umumnya berkisar 1,0 -1,6 gr/cm3. Tanah organik memiliki nilai bulk density yang lebih mudah, misalnya dapat mencapai 0,1 gr/cm3 – 0,9 gr/cm3  pada bahan organik. Bulk density atau kerapatan massa tanah banyak mempengaruhi sifat fisik tanah, seperti porositas, kekuatan, daya dukung, kemampuan tanah menyimpan air drainase, dll. Sifat fisik tanah ini banyak bersangkutan dengan penggunaan tanah dalam berbagai keadaan (Hardjowigeno, 2003).
Antara berat jenis butiran, kerapatan isi dan porositas terdapat hubungan proporsi fase padat (m3\m3) = kerapatan isi\berat jenis butiran porositas (m3\m3) = 1- (kerapatan isi\ berat jenis butiran. Untuk setiap kelas tekstur berat isi menggambarkan keadaan struktur dan porositas tanah. Pengaruh sifat-sifat fisik tanah tersebut pada pertumbuhan tanaman dapat dinilai atau ditentukan dari kaitan pertumbuhan. Nilai bulk density dapat menggambarkan adanya lapisan padas tanah, pengolahan tanahnya, kandungan bahan organik dan mineral, porositas, daya memegang air, sifat drainase dan kemudahan tanah ditembus akar (Pedro, 2001).

2.4 Porositas tanah
Porositas adalah total pori dalam tanah yaitu ruang dalam tanah yang ditempati oleh air dan udara. Pada keadaan basah seluruh pori baik makro, meso, maupun mikro terisi oleh air, pada keadaan kering pori makro dan sebagian pori meso terisi oleh udara. Porositas merupakan gambaran aerasi dan drainase tanah (Pedro, 2001).
       Pori tanah adalah ruang antara butiran padat tanah yang pada umumnya pori kasar ditempati udara dan pori kecil ditempati air, kecuali bila tanah kurang. Porositas tanah adalah persentase volume tanah yang ditempati butiran padat (Hanafiah, 2004).
       Tanah dengan struktur lemah atau kersai pada umumnya mempunyai porositas yang terbesar. Pengolahan tanah untuk sementara waktu dapat memperbesar porositas, namun dalam jangka waktu yang lama akan menyebabkan turunnya porositas. Oleh karena itu, untuk memperbesar porositas tanah tindakan yang perlu dilakukan adalah dengan penambahan bahan organik atau melakukan pengolahan tanah secara minimum. Pengolahan tanah berlebih akan menyebabkan rusaknya struktur tanah. Nilai porositas dapat diperoleh jika diketahui nilai bulk density dan nilai partikel densitynya (Hardjowigeno, 2003).
       Pori tanah jika dalam keadaan basah seluruhnya akan terisi oleh air, baik pori mikro, pori meso atau pun pori makro. Sebaliknya pada keadaan kering, pori makro dan sebagian pori meso terisi udara. Jumlah ruang pori sebagian besar ditentukan oleh susunan butir padat. Kalau letaknya satu sama lain cenderung erat seperti pada pasir dan sub soil padat, porositasnya rendah. Jika tersusun dalam agregat yang bergumpal seperti yang kerap kali terjadi pada tanah bertekstur sedang, yang besar kandungan bahan organiknya, ruang pori persatuan volume tinggi. Perbedaan besar jumlah ruang pori berbagai keadaan tanah tergantung pada keadaan tanah (Madjid, 2010).
2.5  Faktor-faktor yang mempengaruhi porositas tanah
Porositas tanah dipengaruhi oleh kandungan bahan organik, struktur tanah, tekstur tanah, kandungan air dan bulk density. Porositas tanah tinggi kalau bahan organik tinggi. Tanah-tanah dengan struktur granuler atau remah, mempunyai porositas yang lebih tinggi daripada tanah-tanah dengan struktur massive (pejal). Tanah dengan tekstur pasir banyak mempunyai pori-pori makro sehingga sulit menahan air Sebaliknya, pada top-top soil bertekstur halus, memiliki lebih banyak ruang pori total yang sebagian besar terdiri pori-pori kecil. Hasilnya adalah tanah dengan kapasitas memegang air yang besar (Hardjowigeno, 2003).
            Porositas butir pasir tunggal rendah dan sangat berhubungan dengan tekstur. Tanah dengan tekstur halus mempunayai kisaran ukuran dan bentuk partikelnya yang luas. Partikel dibungkus tertutup dan tanah selalu mempunyai ped. Tanah dengan struktur ped mempunyai ruang pori sebab ruang-ruang antar partikel tekstur dan antara ped. Tanah permukaan yang berpasir mempunyai volume yang lebih sedikit ditempati oleh ruang pori. Ruang pori total pada tanah berpasir mungkin rendah, tetapi mempunyai proporsi yang besar yang disusun daripada komposisi pori-pori yang besar yang sangat efisien dalam pergerakan air dan udara. Pada tanah yang lembab dengan drainase yang baik ruang-ruang pori yang selalu dipenuhi udara, konsekuensinya mereka disebut pori-pori aerase atau makropori. Pori-pori yang kecil selalu cenderung dipenuhi air dan biasanya disebut kapiler (Madjid, 2010).
  

2.6  Hubungan porositas terhadap produktivitas tanaman pertanian
Porositas sangat berpengaruh terhadap kesuburan tanah karena dimana jika pori didalam tanah kurang maka kurang udara/oksigen didalam tanah. Adapun beberapa pengaruh jika tanah memiliki pori yang baik : Memaksimalkan penyerapan air, memberi banyak persediaan air dalam tanah, mengurangi resiko air tergenang, menampung air hujan sehingga tidak terbuang kelaut sia-sia, menyelamatkan kehidupan biota tanah, dll. Dengan adanya porositas tanah yang baik maka pertumbuhan tanaman juga baik karena banyak persediaan air dalam tanah, sehingga pertumbuhan tanaman beserta hasil produksinya banyak dan memiliki kualitas yang baik, produktivitas tanaman pertanian bisa meningkat dan lebih memajukan pertanian (Pairunan, 1992).


III. METODE PERCOBAAN

3.1  Waktu dan Tempat
Praktikum Bulk Density, Particle Density dan Porositas ini dilaksanakan  pada hari Kamis 18 November 2015 pada pukul 10.00 WITA sampai selesai, di labolatorium Fisika Tanah, Jurusan Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Hasanuddin, Makassar.

3.2  Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah ring sampel, palu dan ring drivesr (peralatan untuk memasukkan ring sampel kedalam tanah), piston beban berdiameter 1 mm lebih kecil dari pada diameter dalam ring sampel, beban seberat 5 kg, pisau atau gergaji besi berpegangan, karet penyambung, stopwatch, dan lup. Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah sampel tanah utuh dengan agregasi yang baik, dan air.
3.3  Prosedur Kerja
a.    Persiapan . (i) Sebelum memulai proses pengambilan sampel ‘tanah utuh’ dengan ring sampel, periksa apakah tanah dalam keadaan kadar air yang optimal untuk memasukkan ring (tidak terlalu basah atau kering). Bila tanah terlalu basah (mendekati jenuh air), ring akan mudah dimasukkan, tetapi setelah ring dimasukkan, tanahnya tidak akan keluar bersama ring karena adhesi tanah terhadap ring sangat kecil. Sebaliknya, bila tanah terlalu kering, ring akan sulit dimasukkan. Memaksakan untuk memasukkan ring ke dalam tanah yang kering sekali akan merusak sampel tanah, sehingga kondisi tanah menjadi ‘tidak utuh’ lagi. Karena itu, jika tanahnya kering sekali, siramkan air secukupnya (jangan sampai menjadi terlalu basah), lalu diamkan selama sekitar 10 menit sebelum mulai memasukkan ring ke dalam tanah. (ii) Pengambilan sampel tanah utuh juga hanya bisa dilakukan pada tanah yang memiliki kohesi yang dapat membentuk agregat. Tanah bertekstur pasir tidak memiliki agregat dan tidak memiliki struktur, sehingga perlu dan tidak dapat diambil sampel tanah utuhnya.

b.    Bersihkan permukaan tanah dari tumbuhan dan serasah.
c.    Masukkan tiga ring sampel menggunakan drivers dan palu sampai bagian atas ring terbenam sekitar 2 cm dari permukaan tanah. (Palu digunakan bila ring sukar menembus tanah).
d.   Keluarkan ring bersama tanah yang ada di dalamnya dengan cara menggalinya secara hati-hati dari sisi ring, sedemikian rupa sehingga tanah di dalam ring tidak terganggu.
e.    Ratakan ring dengan pisau atau gergaji besi yang telah disediakan. Untuk menghindari permukaan tanah di dalam ring tidak rata karena bongkat tanah tercungkil keluar, perataan sebaiknya dilakukan secara bertahap. Usahakan agar tanah di dalam ring tidak mengalami pemadatan karena tekanan selama proses perataan.
f.     Sebelum dimasukkan kedalam oven, timbanglah berat tanah bersama ring. Catat berat basah tanah dan berat ring ke dalam lembar data.
g.    Salah satu dari tiga ring yang berisi tanah dimasukkan ke dalam oven selama 24 jam pada suhu oven 105ºC.
h.    Setelah di oven keluarkan ring bersam tanahnya.
i.      Catat hasil penimbangan pada lembar data.

 IV.    HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan maka diperoleh data sebagai berikut:
Tabel 6. Lembar data perhitungan kerapatan isi dan pori tanah dengan kepadatan berbeda.
Data
Ring 1
Ring 2
Ring 3
Berat ring (g)
94,49
109,2
112,4
Diameter dalam ring (mm)
5,6
7,5
6,3
Tinggi ring (mm)
7,3
4
5,6
Berat tanah + air + ring (g)
409,5
334,4
365,5
Berat tanah + ring (berat setelah di ovenkan) (g)
381,2
317
307,4
Tinggi tanah setelah dikompakkan
-
-
-
Volume air yang diberikan (mL)
-
-
-
Volume air yang tertampung dalam beaker
-
-
-
Kecepatan air menetes (tetes/menit)
-
-
-
Kerapatan isi (g cm-3)
1,06
1,79
0,314
Total pori  (f) (m3m-3)
0,6
0,33
0,89
Keberadaan pori makro (‘banyak’/’sedikit’)
Sedikit
Sedikit
Sedikit
Sumber data primer 2015
4.2. Pembahasan
Berdasarkan hasil praktikum maka hasil yang diperoleh yaitu berat ring 1 sebesar 94,49, berat ring 2 sebesar 109,2, berat ring 3 sebesar 112,4. Diameter dalam ring lapisan 1 sebesar 94,49 cm, lapisan 2 sebesar 109,2 cm, lapisan 3 sebesar 112,4 cm. Tinggi ring lapisan 1 sebesar 7,3 cm, lapisan 2 sebesar 4 cm, lapisan 3 sebesar 5,6 cm. Berat tanah + air + ring (g) pada lapisan 1 sebesar 409,5 g, pada lapisan 2 sebesar 334,4 g, pada lapisan 3 sebesar 365,5 g. Berat tanah + ring (berat setelah di ovenkan) pada lapisan 1 sebesar 381,2 g, pada lapisan 2 sebesar 317 g, pada lapisan 3 sebesar 307,4 g. Kerapatan isi pada lapisan 1 sebesar 1,06 g cm-3, pada lapisan 2 sebesar 1,79 g cm-3, pada lapisan 3 sebesar 0,314 g cm-3. Total pori pada lapisan 1 sebesar 0,6 m3m-3, pada lapisan 2 sebesar 0,33 m3m-3, pada lapisan 3 sebesar 0,89 m3m-3. Keberdaan pori dari ketiga lapisan sama-sama sedikit. Dimana sesuai dengan pendapat Hakin, dkk (1986) bahwa Bulk Density atau kerapatan isi merupakan perbandingan antara berat tanah kering oven dengan volume tanah, termasuk volume pori-pori tanah. Contoh tanah yamg digunakan untuk untuk menentukan berat jenis harus diambil secara hati-hati dari dalam tanah dan tidak boleh merusak struktur aslinya. Sedangkan Porositas menurut Foth H.D (1988) adalah persentase volume tanah yang tidak ditempati butiran padat. Susunan butiran tanah menentukan jumlah dan sifat pori. Terganggunya struktur asli dapat mempengaruhi jumlah pori tanah demikian pula berat per satuan volume. Kandungan bahan organik yang tinggi menunjukkan bahwa tanah tersebut memiliki kerapatan tanah dan kerapatan isi yang rendah sehinnga tingkat porositas yang dimiliki tinggi. Kandungan bahan organik yang tinggi terhadap tanah menunjukkan bahwa tanah tersebut tergolong subur (Hardjowigeno, 2003).


V. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Bulk Density atau kerapatan lindak atau bobot isi atau bobot volume menunjukkan perbandingan antara berat tanah kering dengan volume tanah dan termasuk volume pori-pori tanah diantaranya. 
            Bulk density, particle density dan porositas tanah memiliki hubungan yang saling mempengaruhi dalam menentukan tingkat kesuburan tanah serta sangat berkaitan satu sama lain. Porositas tanah dipengaruhi oleh bulk density dan particle density-nya. Apabila nilai bulkdensity dan particle density-nya rendah maka nilai porositas tanahnya akan tinggi, begitupun sebaliknya.
5.2 Saran
Sebaiknya laboratorium yang akan digunakan pada saat praktikum sudah dikonfirmasi terlebih dahulu ketersediaannya agar tidak mengganggu jalannya praktikum dan pada saat praktikum sebaiknya para praktikan dapat hadir tepat waktu dan menyimak dengan baik jalannya praktikum.
  

DAFTAR PUSTAKA
Andri. 2011. Bulk Density. Diakses pada halaman website  http://www.scribd.com/doc/57926062/Laporan-Bulk-Density pada tanggal 28 November 2013. Makassar.
Hanafiah, Kemas Ali. 2004. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. PT. RajaGrafindoPersada. Pada tanggal 11 Maret 2013. Jakarta.
Hardjowigeno, H. Sarwono. 2003. Ilmu Tanah. Mediyatama Sarana Perkasa. Jakarta. Pada tanggal 17 Juni 2012 pukul 11.00 WITA.
Madjid. 2010. Sifat dan Ciri Tanah. Fakultas Pertanian Institut Pertanian  Bogor.
                 Bogor. Diakses tanggal 07 Juni 2011
Sutedjo. 2002. Pengantar Ilmu Tanah. Rineka Cipta. Jakarta. Tanggal 22 Juli 2010 pukul 12.00 WITA.
Pedro, A. Sanchez. 2001. Sifat dan Pengelolaan Tanah Tropika. ITB Bandung. Bandung. Diakses tanggal 30 November 2007.
Tim Asisten Laboratorium. 2013. Penuntun Praktikum Dasar-dasar Ilmu Tanah. Jurusan Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Hasanuddin, Makassar. Pada tanggal 01 Desember 2013.
Pairunan A K. Nonere, Samosir S.R, Tangkaisari R, J.R Lolopua, Ibrahim B, Asmadi H.1992. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. BKPTN Indonesia bagian Timur. Makassar. Pada tanggal 13 agustus 2014.